Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air
tawar dengan bentuk tubuh memanjang dan pipih kesamping dan warna putih
kehitaman. Ikan nila berasal dari Sungal Nil dan danau-danau sekitarnya.
Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim
tropis dan subtropis. Sedangkan di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila
tidak dapat hidup baik Ikan nila disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya
enak dan tebal seperti daging ikan kakap merah. Bibit ikan didatangkan ke Indonesia
secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. Setelah
melalui masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada
petani di seluruh Indonesia. Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan
oleh Pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan.
Di Indonesia ikan nila telah dibudidayakan di seluruh propinsi. 3. JENIS
Klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut: Kelas : Osteichthyes Sub-kelas :
Acanthoptherigii Crdo : Percomorphi Sub-ordo : Percoidea Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
PERSYARATAN LOKASI
a. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah
liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air
yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
b. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar
antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
c. Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi
(500 m dpl).
d. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak
terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah
pabrik. Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat
pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya
plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau
kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae. Sedangkan plankton/alga biru
kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Tingkat kecerahan air karena plankton
harus dikendalikan yang dapat diukur dengan alat yang disebut piring secchi
(secchi disc). Untuk di kolam dan tambak, angka kecerahan yang baik antara
20-35 cm.
e. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi
perairan tenang dan bersih, karena ikan nila tidak dapat berkembang biak
dengan baik di air arus deras.
f.
Nilai keasaman air (pH)
tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5. Sedangkan keasaman air (pH)
yang optimal adalah antara 7-8. g) Suhu air yang optimal berkisar antara
25-30 derajat C. h) Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil.
|
PEDOMAN
TEKNIS BUDIDAYA
Penyiapan Sarana dan Peralatan
Kolam Sarana
berupa kolam yang perlu disediakan dalam usaha budidaya ikan nila tergantung
dari sistim pemeliharaannya (sistim 1 kolam, 2 kolam dlsb). Adapun jenis kolam
yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan nila antara lain:
a. Kolam pemeliharaan induk/kolam pemijahan Kolam ini berfungsi
sebagai kolam pemijahan, kolam sebaiknya berupa kolam tanah yang luasnya 50-100
meter persegi dan kepadatan kolam induk hanya 2 ekor/m2. Adapun syarat kolam
pemijahan adalah suhu air berkisar antara 20-22 derajat C; kedalaman air 40-60
cm; dasar kolam sebaiknya berpasir.
b. Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederan Luas kolam tidak lebih
dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam antara 30-50 cm. Kepadatan
sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama pemeliharaan di dalam kolam
pendederan/ipukan antara 3-4 minggu, pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm.
c. Kolam pembesaran Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk
memelihara dan membesarkan benih selepas dari kolam pendederan. Adakalanya
dalam pemeliharaan ini diperlukan beberapa kolam pembesaran, yaitu:
1. Kolam pembesaran tahap I berfungsi untuk memelihara benih ikan
selepas dari kolam pendederan. Kolam ini sebaiknya berjumlah antara 2-4 buah
dengan luas maksimum 250-500 meter persegi/kolam. Pembesaran tahap I ini tidak
dianjurkan memakai kolam semen, sebab benih ukuran ini memerlukan ruang yang
luas. Setelah benih menjadi gelondongan kecil maka benih memasuki pembesaran
tahap kedua atau langsung dijual kepada pera petani. 2. Kolam pembesaran tahap
II berfungsi untuk memelihara benih gelondongan besar. Kolam dapat berupa kolam
tanah atau sawah. Keramba apung juga dapat digunakan dengan mata jaring
1,25–1,5 cm. Jumlah penebaran pembesaran tahap II sebaiknya tidak lebih dari 10
ekor/meter persegi. 3. Pembesaran tahap III berfungsi untuk membesarkan benih.
Diperlukan kolam tanah antara 80-100 cm dengan luas 500-2.000 meter persegi. d)
Kolam/tempat pemberokan
2. Pembesaran ikan nila dapat pula dilakukan di jaring apung,
berupa Hapa berukuran 1 x 2 m sampai 2 x 3 m dengan kedalaman 75-100 cm. Ukuran
hapa dapat disesuaikan dengan kedalaman kolam. Selain itu sawah yang sedang
diberokan dapat dipergunakan pula untuk pemijahan dan pemeliharaan benih ikan
nila. Sebelum digunakan petak sawah diperdalam dahulu agar dapat menampung air
sedalam 50-60 cm, dibuat parit selebar 11,5 m dengan kedalaman 60-75 cm.
3. Peralatan Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan
ikan nila diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari
jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser,
ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar
(kg),
4. Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7
derajat C. Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan
perbandingan jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm.
Kemudian ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul
lapisan es lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es,
demikian juga antara ikan dengan penutup kotak.
Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pananganan benih adalah sebagai berikut:
a. Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit,
parasit dan tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam
kantong plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
b. Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas
hama dan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan
air sumur yang telah diaerasi semalam.
c. Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama
beberapa hari. Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih
dan dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1 m x
1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan dapat menampung
benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran 3-5 cm. Jumlah benih
dalam pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.
|
Pembibitan
|
|||
Pemilihan
Bibit dan Induk Ciri-ciri induk bibit nila yang unggul adalah sebagai
berikut:
|
|||
a.
b.
c.
d.
|
Mampu memproduksi benih dalam
jumlah yang besar dengan kwalitas yang tinggi.
Pertumbuhannya sangat cepat.
Sangat responsif terhadap
makanan buatan yang diberikan.
Resisten terhadap serangan
hama, parasit dan penyakit.
Dapat hidup dan tumbuh baik
pada lingkungan perairan yang relatif buruk.
Ukuran induk yang baik untuk
dipijahkan yaitu 120-180 gram lebih per ekor dan berumur sekitar 4-5 bulan.
|
||
Adapun
ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai
berikut:
|
|||
a) Betina
|
|||
1. Terdapat 3 buah lubang pada urogenetial yaitu: dubur, lubang
pengeluaran telur dan lubang urine.
2. Ujung sirip berwarna kemerah-merahan pucat tidak jelas.
3. Warna perut lebih putih.
4. Warna dagu putih.
5. Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.
6.
|
|||
b) Jantan
|
|||
1. Pada alat urogenetial terdapat 2 buah lubang yaitu: anus dan
lubang sperma merangkap lubang urine.
2. Ujung sirip berwarna kemerah-merahan terang dan jelas.
3. Warna perut lebih gelap/kehitam-hitaman.
4. Warna dagu kehitam-hitaman dan kemerah-merahan.
5. Jika perut distriping mengeluarkan cairan. Ikan nila sangat
mudah kawin silang dan bertelur secara liar. Akibatnya, kepadatan kolam
meningkat. Disamping itu, ikan nila yang sedang beranak lambat pertumbuhan
sehinggadiperlukan waktu yang lebih lama agar dicapai ukuran untuk dikonsumsi
yang diharapkan.
|
|||
Untuk mengatasi kekurangan ikan
nila di atas, maka dikembang metode kultur tunggal kelamin (monoseks). Dalam
metode ini benih jantan saja yang dipelihara karena ikan nila jantan yang
tumbuh lebih cepat dan ikan nila betina. Ada empat cara untuk memproduksi benih
ikan nila jantan yaitu: a) Secara manual (dipilih) b) Sistem hibridisasi
antarjenis tertentu c) Merangsang perubahan seks dengan hormon d) Teknik
penggunaan hormon seks jantan ada dua cara.
·
Perendaman
·
Perlakuan hormon melalui
pakan
·
Pembenihan dan Pemeliharaan
Benih
Pada
usaha pembenihan, kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Memelihara dan memijahkan induk ikan untuk menghasilkan burayak
(anak ikan).
2. Memelihara burayak (mendeder) untuk menghasilkan benih ikan yang
lebih besar.
Usaha pembenihan biasanya
menghasilkan benih yang berbeda-beda ukurannya. Hal ini berkaitan dengan
lamanya pemeliharaan benih. Benih ikan nila yang baru lepas dan mulut induknya
disebut "benih kebul". Benih yang berumur 2-3 minggu setelah menetas
disebut benih kecil, yang disebut juga putihan (Jawa Barat). Ukurannya 3-5 cm.
Selanjutnya benih kecil dipelihara di kolam lain atau di sawah. Setelah
dipelihara selama 3-1 minggu
akan dihasilkan benih berukuran 6
cm dengan berat 8-10 gram/ekor. Benih ini disebut gelondongan kecil. Benih nila
merah. Berumur 2-3 minggu, ukurannya ± 5 cm. Gelondongan kecil dipelihara di
tempat lain lagi selama 11,5 bulan. Pada umur ini panjang benih telah mencapai
10-12 cm dengan berat 15-20 gram. Benih ini disebut gelondongan besar.
Pemeliharaan
Pembesaran Dua minggu sebelum dan
dipergunakan kolam harus dipersiapkan. Dasar kolam dikeringkan, dijemur
beberapa hari, dibersihkan dari rerumputan dan dicangkul sambil diratakan.
Tanggul dan pintu air diperbaiki jangan sampai teriadi kebocoran. Saluran air
diperbaiki agar jalan air lancar. Dipasang saringan pada pintu pemasukan maupun
pengeluaran air. Tanah dasar dikapur untuk memperbaiki pH tanah dan memberantas
hamanya. Untuk mi dipergunakan kapur tohor sebanyak 100-300 kg/ha (bila dipakai
kapur panas, Ca 0). Kalau dipakai kapur pertanian dosisnya 500-1.000 kg/ha.
Pupuk kandang ditabur dan diaduk dengan tanah dasar kolam. Dapat juga pupuk
kandang dionggokkan di depan pintu air pemasukan agar bila diairi dapat
tersebar merata. Dosis pupuk kandang 1-2 ton/ha. Setelah semuanya siap, kolam
diairi. Mula-mula sedalam 5-10 cm dan dibiarkan 2-3 hari agar teriadi
mineralisasi tanah dasar kolam.Lalu tambahkan air lagi sampai kedalaman 80100
cm. Kini kolam siap untuk ditebari induk ikan.
Pemupukan
Pemupukan dengan jenis pupuk
organik, anorganik (Urea dan TSP), serta kapur. Cara pemupukan dan dosis yang
diterapkan sesuai dengan standar yang ditentukan oleh dinas perikanan daerah
setempat, sesuai dengan tingkat kesuburan di tiap daerah.
Beberapa hari sebelum penebaran
benih ikan, kolam harus dipersiapkan dahulu. Pematang dan pintu air kolam
diperbaiki, kemudian dasar kolam dicangkul dan diratakan. Setelah itu, dasar
kolam ditaburi kapur sebanyak 100-150 kg/ha. Pengapuran berfungsi untuk
menaikkan nilai pH kolam menjadi 7,0-8,0 dan juga dapat mencegah serangan
penyakit. Selanjutnya kolam diberi pupuk organik sebanyak 300-1.000 kg/ha.
Pupuk Urea dan TSP juga diberikan sebanyak 50 kg/ha. Urea dan TSP diberikan dengan
dicampur terlebih dahulu dan ditebarkan merata di dasar kolam.
Selesai pemupukan kalam diairi
sedalam 10 cm dan dibiarkan 3-4 hari agar terjadi reaksi antara berbagai macam
pupuk dan kapur dengan tanah. Han kelima air kolam ditambah sampai menjadi
sedalam 50 cm. Setelah sehari semalam, air kolam tersebut ditebari benih ikan.
Pada saat itu fitoplankton mulai tumbuh yang ditandai dengan perubahan warna
air kolam menjadi kuning kehijauan. Di dasar kolam juga mulai banyak terdapat
organisme
renik yang berupa kutu air,
jentik-jentik serangga, cacing, anak-anak siput dan sebagainya. Selama
pemeliharaan ikan, air kolam diatur sedalam 75100 cm. Pemupukan susulan harus
dilakukan 2 minggu sekali, yaitu pada saat makanan alami sudah mulai habis.
Pupuk susulan ini menggunakan pupuk organik sebanyak 500 kglha. Pupuk itu
dibagi menjadi empat dan masing-masing dimasukkan ke dalam keranjang bambu.
Kemudian keranjang diletakkan di dasar kolam, dua bush di kin dan dua buah di
sisi kanan aliran air masuk. Sedangkan yang dua keranjang lagi diletakkan di
sudut-sudut kolam.
Urea dan TSP masing-masing
sebanyak 30 kg/ha diletakkan di dalam kantong plastik yang diberi lubang-lubang
kecil agar pupuk sedikit demi sedikit. Kantong pupuk tersebut digantungkan
sebatang bambu yang dipancangkan di dasar kolam. Posisi ng terendam tetapi
tidak sampai ke dasar kolam. Selain pukan ulang. ikan nila juga harus tetap
diberi dedak dan katul. pemupukan di atas dapat dilakukan untuk kolam air
tawar, payau atau sawah yang diberakan.
Pemberian Pakan
Pemupukan kolam telah merangsang tumbuhnya
fitoplankton, zooplankton, maupun binatang yang hidup di dasar, seperti cacing,
siput, jentik-jentik nyamuk dan chironomus (cuk). Semua itu dapat menjadi
makanan ikan nila. Namun, induk ikan nila juga masih perlu pakan tambahan
berupa pelet yang mengandung protein 30-40% dengan kandungan lemak tidak lebih
dan 3%. Pembentukan telur pada ikan memerlukan bahan protein yang cukup di
dalam pakannya. Perlu pula ditambahkan vitamin E dan C yang berasal dan taoge
dan daun-daunan/sayuran yang duris-iris. Boleh juga diberi makan tumbuhan air
seperti ganggeng (Hydrilla). Banyaknya pelet sebagai pakan induk kira-kira 3%
berat biomassa per han. Agar diketahui berat bio massa maka diambil sampel 10
ekor ikan, ditimbang, dan dirata-ratakan beratnya. Berat rata-rata yang
diperoleh dikalikan dengan jumlah seluruh ikan di dalam kolam. Misal, berat
rata-rata ikan 220 gram, jumlah ikan 90 ekor maka berat biomassa 220 x 90 =
19.800 g. Jumlah ransum per han 3% x 19.800 gram = 594 gram. Ransum ini
diberikan 2-3 kali sehari. Bahan pakan yang banyak mengandung lemak seperti
bungkil kacang dan bungkil kelapa tidak baik untuk induk ikan. Apalagi kalau
han tersebut sudah berbau tengik. Dedak halus dan bekatul boleh diberikan
sebagai pakan. Bahan pakan seperti itu juga berfungsi untuk menambah kesuburan
kolam.
Pemeliharaan Kolam/Tambak
Sistem dan intensitas
pemeliharaan ikan nila tergantung pada tempat pemeliharaan dan input yang
tersedia.Target produksi harus disesuaikan dengan permintaan pasar. Biasanya
konsumen menghendaki jumlah dan
ukuran ikan yang berbeda-beda.
Intensitas usaha dibagi dalam tiga tingkat, yaitu a) Sistem ekstenslf
(teknologi sederhana) -Sistem ekstensif merupakan sistem pemeliharaan ikan yang
belum berkembang. Input produksinya sangat sederhana. Biasanya dilakukan di
kolam air tawar. Dapat pula dilakukan di sawah. Pengairan tergantung kepada
musim hujan. Kolam yang digunakan biasanya kolam pekarangan yang sempit. Hasil
ikannya hanya untuk konsumsi keluarga sendiri. Sistem pemeliharaannya secara
polikultur. Sistem ini telah dipopulerkan di wilayah desa miskin. -Pemupukan
tidak diterapkan secara khusus. Ikan diberi pakan berupa bahan makanan yang
terbuang, seperti sisa-sisa dapur limbah pertanian (dedak, bungkil kelapa
dll.). -Perkiraan pemanenan tidak tentu. Ikan yang sudah agak besar dapat
dipanen sewaktu-waktu. Hasil pemeliharaan sistem ekstensif sebenar cukup
lumayan, karena pemanenannya bertahap. Untuk kolam herukuran 2 x 1 x 1 m
ditebarkan benih ikan nila sebanyak 20 ruang berukuran 30 ekor. Setelah 2 bulan
diambil 10 ekor, dipelihara 3 bulan kemudian beranak, demikian seterus. Total
produksi sistem ini dapat mencapai 1.000 kg/ha/tahun 2 bln. Penggantian air
kolam menggunakan air sumur. Penggantian dilakukan seminggu sekali.
Sistem semi-Intensif (teknologi madya)
-Pemeliharaan semi-intensif dapat dilakukan di kolam, di tambak, di sawah, dan
di jaring apung. Pemeliharaan ini biasanya digunakan untuk pendederan. Dalam
sistem ini sudah dilakukan pemupukan dan pemberian pakan tambahan yang teratur.
-Prasarana berupa saluran irigasi cukup baik sehingga kolam dapat berproduksi
2-3 kali per tahun. Selain itu, penggantian air juga dapat dilakukan secara
rutin. Pemeliharaan ikan di sawah hanya membutuhkan waktu 2-2,5 bulan karena
bersamaan dengan tanaman padi atau sebagai penyelang. OIeh karena itu, hasil
ikan dan sawah ukurannya tak lebih dari 50 gr. Itu pun kalau benih yang
dipelihara sudah berupa benih gelondongan besar. -Budi daya ikan nila secara
semi-intensif di kolam dapat dilakukan secara monokultur maupun secara
polikultur. Pada monokultur sebaiknya dipakai sistem tunggal kelamin. Hal mi
karena nila jantan lebih cepat tumbuh dan ikan nila betina. -Sistem
semi-intensif juga dapat dilakukan secara terpadu (intergrated), artinya kolam
ikan dikelola bersama dengan usaha tani lain maupun dengan industri rumah tangga.
Misal usaha ternak kambing, itik dan sebagainya. Kandang dibuat di atas kolam
agar kotoran ternak menjadi pupuk untuk kolam. -Usaha tani kangkung, genjer dan
sayuran lainnya juga dapat dipelihara bersama ikan nila. Limbah sayuran menjadi
pupuk dan pakan
tambahan bagi ikan. Sedangkan
lumpur yang kotor dan kolam ikan dapat menjadi pupuk bagi kebun sayuran. -Usaha
huler/penggilingan padi mempunyai hasil sampingan berupa dedak dan katul. Oleh
karena itu, sebaiknya dibangun kolam ikan di dekat penggilingan tersebut.
-Hasil penelitian Balai Penelitian Perikanan sistem integrated dapat
menghasilkan ikan sampai 5 ton atau lebih per 1 ha/tahun.
Sistem intensif (teknologi maju)
-Sistem pemeliharaan intensif adalah sistem pemeliharaan ikan paling modern. Produksi
ikan tinggi sampai sangat tinggi disesuaikan dengan kebutuhan pasar.
-Pemeliharaan dapat dilakukan di kolam atau tambak air payau dan pengairan yang
baik. Pergantian air dapat dilakukan sesering mungkin sesuai dengan tingkat
kepadatan ikan. Volume air yang diganti setiap hari sebanyak 20% atau bahkan
lebih. -Pada usaha intensif, benih ikan nita yang dipelihara harus tunggal dain
jantan saja. Pakan yang diberikan juga harus bermutu. -Ransum hariannya 3% dan
berat biomassa ikan per hari. makanan sebaiknya berupa pelet yang berkadar
protein 25-26%, lemak 6-8%. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan oleh teknisinya
sendiri dapat diamati nafsu makan ikan-ikan itu. Pakan yang diberikan knya
habis dalam waktu 5 menit. Jika pakan tidak habis dalam waktu 5 menit berarti
ikan mendapat gangguan. Gangguan itu berupa serangan penyakit, perubahan
kualitas air, udara panas, terlalu sering diberi pakan.
HAMA DAN
PENYAKIT
Hama
|
a) Bebeasan (Notonecta) Berbahaya bagi benih karena sengatannya.
Pengendalian: menuangkan minyak tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter
persegi.
b) Ucrit (Larva cybister) Menjepit badan ikan dengan taringnya
hingga robek. Pengendalian: sulit diberantas; hindari bahan organik menumpuk
di sekitar kolam.
c) Kodok Makan telur telur ikan. Pengendalian: sering membuang
telur yang mengapung; menagkap dan membuang hidup-hidup.
d) Ular Menyerang benih dan ikan kecil. Pengendalian: lakukan
penangkapan; pemagaran kolam.
e) Lingsang Memakan ikan pada malam hari. Pengendalian:pasang
jebakan berumpun.
f)
Burung Memakan benih
yang berwarna menyala seperti merah, kuning. Pengendalian: diberi penghalang
bambu agar supaya sulit menerkam; diberi rumbai-rumbai atau tali penghalang.
|
Penyakit
a)
Penyakit pada kulit Gejala: pada bagian tertentu berwarna merah, berubah
warna dan tubuh berlendir. Pengendalian:
|
1.
direndam dalam larutan PK (kalium permanganat) selama 30-60 menit
dengan dosis 2 gram/10 liter air, pengobatan dilakukan berulang 3 hari
kemudian.
2.
direndam dalam Negovon (kalium permanganat) selama 3 menit dengan
dosis 2-3,5 %.
|
b)
Penyakit pada insang Gejala: tutup insang bengkak, Lembar insang
pucat/keputihan. Pengendalian: sama dengan di atas.
c)
Penyakit pada organ dalam Gejala: perut ikan bengkak, sisik berdiri, ikan
tidak gesit. Pengendalian: sama dengan di atas.
|
Secara umum hal-hal yang dilakukan untuk
dapat mencegah timbulnya penyakit dan hama pada budidaya ikan nila:
|
a.
Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap selesai panen.
b.
Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas penyakit.
c.
Hindari penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas.
d.
Sistem pemasukan air yang ideal adalah paralel, tiap kolam diberi
satu pintu pemasukan air
e.
Pemberian pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya
f.
Penanganan saat panen atau pemindahan benih hendaknya dilakukan
secara hati-hati dan benar. g) Binatang seperti burung, siput, ikan seribu
(lebistus reticulatus peters) sebagai pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk
ke areal perkolaman.
|
PANEN
Pemanenan ikan nila dapat
dilakukan dengan cara: panen total dan panen sebagian.
a) Panen total Panen total
dilakukan dengan cara mengeringkan kolam, hingga ketinggian air tinggal 10 cm.
Petak pemanenan/petak penangkapan dibuat seluas 1 m persegi di depan pintu
pengeluaran (monnik), sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan. Pemanenan
dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas dengan menggunakan waring atau
scoopnet yang halus. Lakukan pemanenan secepatnya dan hati-hati untuk
menghindari lukanya ikan.
b) Panen sebagian atau panen
selektif Panen selektif dilakukan tanpa pengeringan kolam, ikan yang akan
dipanen dipilih dengan ukuran tertentu. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan
waring yang di atasnya telah ditaburi umpan (dedak). Ikan yang tidak terpilih
(biasanya terluka akibat jaring), sebelum dikembalikan ke kolam sebaiknya
dipisahkan dan diberi obat dengan larutan malachite green 0,5-1,0 ppm selama 1
jam.
PASCAPANEN
Penanganan pascapanen ikan nila dapat
dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup maupun ikan segar.
a) Penanganan ikan hidup Adakalanya ikan
konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam keadaan hidup. Hal
yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke konsumen dalam keadaan
hidup, segar dan sehat antara lain:
1. Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajat
C.
2. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.
3. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.
b) Penanganan ikan segar Ikan segar mas
merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang perlu diperhatikan
untuk mempertahankan kesegaran antara lain:
1. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.
2. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.
3. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak
dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan daun
pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan seng atau
fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi kotak maksimum 50 cm.
4. Berdasarkan lama/jarak
pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
·
Sistem terbuka Dilakukan untuk
mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak memerlukan waktu yang lama. Alat
pengangkut berupa keramba. Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan
dapat untuk mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.
·
Sistem tertutup Dilakukan untuk
pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu lebih dari 4-5 jam,
menggunakan kantong plastik. Volume media pengangkutan terdiri dari air bersih
5 liter yang diberi buffer Na2(hpo)4.1H2O sebanyak 9 gram.
Cara pengemasan benih ikan yang diangkut dengan
kantong plastik:
(1) masukkan air bersih ke dalam kantong plastik kemudian benih;
(2) hilangkan udara dengan menekan kantong plastik ke permukaan air;
(3) alirkan oksigen dari tabung dialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3
volume keseluruhan rongga (air:oksigen=1:2);
(4) kantong plastik lalu diikat. (5) kantong plastik dimasukkan ke dalam
dos dengan posisi membujur atau ditidurkan. Dos yang berukuran panjang 0,50
m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m dapat diisi 2 buah kantong plastik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan
adalah sebagai berikut: -Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1
kapsul tertasiklin dalam 10 liter air bersih).
|
Buka kantong plastik, tambahkan
air bersih yang berasal dari kolam setempat sedikit demi sedikit agar perubahan
suhu air dalam kantong plastik terjadi perlahan-lahan. -Pindahkan benih ikan ke
waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 12 menit. -Masukan benih ikan ke
dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokan benih ikan diberi pakan secukupnya.
Selain itu, dilakukan pengobatan dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari
berturut-turut. Selain tetrsikli dapat juga digunakan obat lain seperti KMNO4
sebanyak 20 ppm atau formalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.
Setelah 1
minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.
DAFTAR PUSTAKA
a) Sugiarto Ir, 1988, Teknik
Pembenihan Ikan Mujair dan Nila. Penerbit CV. Simplex (Anggota IKAPI)”.
b) Rahardi, F. 1993. Kristiawati,
Regina. Nazaruddin. Agribisnis Perikanan, Penerbit Swadaya, Jakarta. 12. KONTAK
HUBUNGAN Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS; Jl.Sunda
Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829 Jakarta, Maret 2000
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan,
Bappenas Editor : Kemal Prihatman
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Gedung II Lantai 6 BPP
Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340 Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021
316 1952, http://www.ristek.go.id
|
ARTIKEL LAIN YANG MUNGKIN ANDA CARI