Walaupun dahulu kodok merupakan binatang yang
sering membuat jijik jika kita melihatnya. Namun seiring berkembangnya jaman
dan kemajuan teknologi serta makin majunya ilmu pengetahuan maka sekarang kodok
merupakan salah satu kebutuhan pangan dalam rangka memenuhi gizi bagi manusia.
Pada zaman dahulu masyarakat Indonesia hanya mengandalkan penangkapan dari alam
yang biasanya dilakukan pada malam hari dengan bantuan lampu sebagai alat
penerangan. Dan dilakukan secara tradisional.
Namun semakin bertambahnya kebutuhan
masyarakat akan daging katak ini maka Budidaya kodok telah dilakukan di
beberapa negara, baik negara beriklim panas maupun beriklim 4 musim. Tercatat
negara-negara Eropa yang telah membudidayakan kodok antara lain : Prancis,
Belanda, Belgia, Albania, Rumania, Jerman Barat, Inggris, Denmark dan Yunani,
Amerika Serikat dan Meksiko. Sedangkan di Asia, Cina, Bangladesh, Indonesia,
Turki, India dan Hongkong yang telah membudidayakan kodok.
Sejarah kodok tidak diketahui asalnya, karena
hampir ditemukan di mana-mana, karena kemampuannya untuk menyesuaikan diri
terhadap lingkungan sekitarnya. Kodok yang banyak dibudidayakan di Indonesia
(Rana catesbeiana ) berasal dari Taiwan, kendati kodok itu semula berasal dari
Amerika Selatan.
Di Indonesia ada empat jenis kodok yang
sering di konsumsi oleh masyarakat
kita yaitu:
|
1)
Rana Macrodon (kodok
hijau), yang berwarna hijau dan dihiasi totol-totol coklat kehijauan dan
tumbuh mencapai 15 cm.
|
2)
Rana Cancrivora (kodok
sawah ), hidup di sawah-sawah dan badannya dapat mencapai 10 cm, badan
berbercak coklat dibadannya.
|
3)
Rana Limnocharis
(kodok rawa), mempunyai daging yang rasanya paling enak, ukurannya hanya 8
cm.
|
4)
Rana Musholini (kodok
batu/raksasa). Hanya terdapat di Sumatera, terutama Sumatera Barat. mencapai
berat 1.5 kg. Dan panjang mencapai 22 cm.
|
Daging kodok adalah sumber protein hewani
yang tinggi kandungan gizinya. Limbah kodok yang tidak dipakai sebagai bahan
makanan manusia dapat dipakai untuk ransum binatang ternak, seperti itik dan
ayam. Kulit kodok yang telah terlepas dari badannya bisa diproses menjadi
kerupuk kulit kodok. Kepala kodok yang sudah terpisah dapat diambil kelenjar
hipofisanya dan dimanfaatkan untuk merangsang kodok dalam pembuahan buatan.
Daging kodok dipercaya dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
PERSYARATAN LOKASI
|
1)
Ketinggian lokasi yang
ideal untuk budidaya kodok adalah 1600 dpl.
|
2)
Tanah tidak terlalu
miring namun dan tidak terlalu datar, kemiringan ideal 15%, artinya dalam
jarak 100 m jarak kemiringan antara ujung-ujungnya 1-5 m.
|
3)
Air yang jernih atau
sedikit tercampur lumpur tersedia sepanjang masa. Air yang jernih akan
memperlancar proses penetasan telur.
|
4)
Kodok bisa hidup di
air yang bersuhu 2–35 drajat C. Suhu saat penetasan telur ialah anata 24–27
derajat C, dengan kelembaban 60–65%.
|
5)
Air mengandung oksigen
sekitar 5-6 ppm, atau minimum 3 ppm. Karbondioksida terlarut tidak lebih dari
25 ppm.
|
6)
Dekat dengan sumber
air dan diusahakan air bisa masuk dan keluar dengan lancar dan bebas dari
kekeringan dan kebanjiran.
|
Persiapan Sarana dan Peralatan
1) Kolam
Dalam proses pembuatan kolam, tidak boleh
hanya menggali atau menimbun saja melainkan harus menggabungkan keduanya
sehingga akan mendapatkan bentuk dan konstruksi kolam yang ideal.
Untuk memasukkan air ke dalam kolam
diperlukan saluran yang konstruksinya dibuat dari pasangan bata merah atau
batako yang diperkuat dengan semen dan pasir. Bentuk dari saluran ini biasanya
trapesium terbalik dan pada beberapa tempat pemasukan air ke kolam dibuat
kobakan kecil untuk menjebak air agar mudah masuk kedalam kolam-kolam.
Kolam yang diperlukan antara lain: kolam
perawatan kodok, kolam penampungan induk sebelum dikawinkan, kolam pemijahan,
kolam penetasan, kolam perawatan kecebong, kolam pembesaran percil dan kolam
pembesaran kodok remaja. Kebutuhan kolam ini masih ditambah dengan kolam
pemeliharaan calon induk.
a. Kolam Perawatan Kodok
Luasnya 15 meter persegi dengan ukuran 3 x 5
m, yang terdiri dari dinding tembok 0,40 m dan dinding kawat plastik setinggi 1
m, lantainya terbuat dari semen dan bata yang terdiri dari 2/3 bagian kolam
terisi air setinggi 10-15 cm dan 1/3 bagian kering.
b. Kolam Pemijahan.
Kolam dibuat dari semen dan diatasnya dinding
kawat plastik. Kedalaman air di kolam ini sekitar 0,30–0,40 m dan ditengahnya
dibuatkan daratan. Padat pemeliharaan 15 ekor setiap meter perseginya, dengan
perbandingan tiga betina dan satu jantan. Supaya lebih nyaman, sebaiknya lantai
daratan tengah tidak berlumpur, dan kolam ditanami enceng gondok. sediakan
makanan berupa ikan kecil, ketam dan bekicot Masa kawin ditandai dengan suara
merdu. Tak lama kemudian, telur mereka mengambang di air kolam dan segera
dipindahkan ke kolam penetasan.
c. Kolam Penetasan
Kolam penetasan dibuat beberapa buah, dari
tembok dengan air sedalam 30 cm dan air mengalir atau diberi aerasi yang luas.
Luas kolam seluruhnya 10 m2 .
d. Kolam Kecebong
Terdiri dari beberapa kolam yang
masing-masing luasnya berkisar anta 5 m2–6 m2, dengan dasar lantai terbuat dari
semen.
e. Kolam Kodok Muda
Di kolam ini kodok yang dipelihara berumur
kurang dari 2 bulan. Dibuat beberapa buah dengan masing-masing luasnya 15 m2,
dengan dinding tembok dan kawat. Lantai miring dengan daerah air 1/3 bagian
dengan kedalaman 15–35 Cm.
f. Kolam Kodok Dewasa.
Pada kolam ini kodok sudah berusia antara 2–6
bulan. Kolam yang diperlukan terdiri dari 2, dengan masing masing luas
kira–kira 20 m2 , dengan konstruksi dasar dan dinidng tembok dan kawat.
Kedalaman air yang diperlukan antara 30–40 Cm.
2) Mempersiapkan Kolam Produksi
Bila lantai dasar kolam terbuat dari tanah,
dasar kolam diolah dan dicangkulcangkul dan ditebari pupuk sampai dianggap siap
huni. Kolam dibiarkan dulu tidak terpakai selama sebulan. Selama itu kolam
dimasukkan air, didiamkan dan dikeluarkan berulang-ulang. Persiapkan alat-alat
untuk membuat hujan buatan, baik dari drum bekas maupun dengan menggunakan
springkel karena untuk proses perkawinan kodok biasanya terjadi pada masa
penghujan.
Sebaiknya kolam ditanami teratai, eceng
gondok, genjer dan ganggang yang berfungsi untuk tempat biang kodok bercumbu
rayu dan menempelkan telurnya serta meningkatkan kualitas air kolam dan
mempertinggi kandungan oksigen.
Untuk pembudidayaan kodok yang banyak dicari
adalah dari jenis kodok banteng Amerika (Bull frog), diamping rasanya enak juga
beratnya bisa sampai 1,5 kg. Bisa juga jenis kodok batu dari Sumatera Barat
yang sampai saat ini belum dibudidayakan secara optimal, karena masyarakat masih
mengambilnya dari alam.
Adapun syarat ternak yang baik adalah bibit
dipilih yang sehat dan matang kelamin. Sehat, tidak cacat, kaki tidak bengkok
dan normal kedudukannya, serta gaya berenang seimbang. Pastikan kaki kodok
tidak mengidap penyakit kaki merah ( red legs ).
1) Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Pilihlah kodok yang sehat dan berukuran
besar. Disamping itu perhatikan juga tanda-tanda kelamin sekundernya. Pisahkan
induk berdasarkan jenis kelaminnya.
Pemisahan dilakukan sekitar 1–2 hari dimaksudkan untuk lebih merangsang nafsu
diantara mereka apabila saatnya mereka dipertemukan.
Untuk induk-induk yang hendak dikawinkan
sebaiknya diberikan makanan cincangan daging bekicot yang masih segar dan
makanan buatan lainnya.
2) Perawatan Bibit dan Calon Induk
Induk jantan dan betina berumur 4 bulan
disuntik perangsang pertumbuhan Gonadotropin intramuskular dengan dosis 200-250
IU/ekor/bulan.
3) Sistem Pemijahan
a. Secara Alami Induk jantan dan betina yang
telah dipisah selama 1-2 hari disatukan di kolam pemijahan. Ikan liar dapat
mengganggu hasil pemijahan. Perhatikan agar telur kodok tidak ikut terbuang air
pembuangan. Di sore atau pagi hari pada saat suhu mulai menurun, barulah kita
perlu membantu kelancaran proses pemijahan, yaitu dengan membuat hujan buatan.
b. Sistem Hipofisasi Cara mutakhir untuk
memijahkan kodok adalah dengan cara sistem kawin suntik menggunakan ekstrak
kelenjar hipofisa untuk merangsang kodok agar kawin sesuai waktu yang kita
inginkan. Dengan sistem ini kita bisa mengintensifkan pembenihan, mengurangi
kematian, merawat telur-telur kodok yang telah dibuahi dalam tempat tersendiri,
memberi jaminan bahwa telur-telur akan terbuahi oleh sperma seluruhnya dan
tidak memerlukan hujan buatan.
Penyuntikan pada tubuh betina lazimnya pada
punggung, rongga perut dan bagian kepala. cara penyuntikan pada rongga perut
banyak dipilih.
4) Reproduksi dan Perkawinan
Kodok yang hendak disuntik ditampung pada
akuarium yang diberi sedikit air dan ditutup dengan kawat kasa untuk memudahkan
penangkapan. kodokkodok tersebut telah cukup umur dan dalam keadaan matang
telur. Saat penyuntikan kodok dibalut dengan kain hapa agar tidak meronta.
Kodok yang telah disuntik kemudian dilepas
dalam akuarium lain dan dipantau setiap jam. Setelah 12 jam, kodok tadi
disuntik kembali agar mereka mampu bertelur seluruhnya. Setelah yang betina 2
kali disuntik dan menunjukkan akan bertelur, maka kita mempersiapkan testis
dari induk jantan.
Sperma dikeluarkan dari testis dengan cara
memotongnya dengan jarum kecil yang tajam dan dimasukkan ke cawan petri yang
sudah diisi dengan air kolam yang bersih. Setelah air dalam cawan menjadi keruh
dan testis sudah kosong, maka cairan testis dibiarkan selama 10 menit dalam
suhu ruangan.
Jika sperma aktif (dapat kita lihat dibawah
mikroskop), maka kodok betina bertelur diurut perutnya agar telurnya keluar.
Telur diusahakan jatuh di atas cairan sperma, lalu digoyang-goyangkan dan
biarkan selama beberapa menit. Telur yang mengalami pembuahan akan mengalami
rotasi.
Telur kemudian ditetaskan dan airnya diganti
setiap hari dengan menjaga suhu pada kisaran 24-27 derajat C dan pH air juga
diamati. Pada sistem secara alamiah, digunakan hujan buatan untuk merangsang
proses perkawinan kodok, sebagaimana dijelaskan diatas.
Pemeliharaan dilakukan pada setiap tahap
pertumbuhan kodok, Pertumbuhan dan kesehatan kodok terrgantung pada makanan dan
kecocokan tempat tinggalnya. Kodok diberi makan 1 kali sehari, air di kolam
diganti dan dibersihkan seminggu sekali.
1) Sanitasi dan Tindakan Preventif
Telur yang sudah dibuahi, dipindahkan pada
kolam penetasan. Kolam dibersihkan dari hama dan kotoran sebelum digunakan.
Telur harus dipisahkan dari induknya sehingga telur tidak terganggu proses
penetasannya dan tidak dimakan oleh induknya. Memindahkan telur jangan sampai
pecah sarangnya atau lendirnya. Telur-telur akan menetas setelah 48–72 jam pada
suhu air 24–27 derajat C. Bila sudah menetas dipelihara pada kolam yang sama
selama 10 hari.
2) Perawatan Ternak
Kodok muda yang telah mengalami metamorphose
ditempatkan pada kolam permanen. Pemasukan dan pengeluaran air harus diberi
penyaring untuk menghindari hama dan mencegah kodok lepas ke peraiaran umum.
Padat penebaran 50-100 ekor/m2. Bila kita memelihara jenis kodok banteng yang
tidak suka makanan yang tidak bergerak, makanan harus diletakkan dibawah aliran
air/pancuran. Setelah berumur 3 bulan, kodok diseleksi berdasarkan kaki
belakang, kulit dan ukuran badannya. Jumlah yang di seleksi 20% dari total dan
dipindahkan ke kolam calon induk, sedangkan sisanya tetap dipelihara sampai
masa panen pada umur 4-5 bulan.
Kodok dewasa (matang gonada) untuk bibit
unggul, baik jantan maupun betina di suntik dengan kelenjar hiphopisa kodok
sebanyak 1 dosis. Penyuntikan dilakukan 1 bulan sekali (bila memakai sistem
hiphopisa) dan padat tanam sebanyak 20-25 ekor/m2.
3) Pemberian Pakan
Terdapat berbagai macam makanan yang dapat
diberikan untuk kodok di kolam pembesaran persil maupun di kolam pembesaran
kodok remaja. Makanan percil sampai kodok dewasa berupa cincangan daging bekicot,
cincangan daging ikan, ulat, belatung, serangga, mie, bakso dan berbagai benih
ikan serta ketam-ketaman kecil dan lainnya. Dapat juga diberikan
makanan buatan, dengan meramu makanan buatan kita bisa menyusun sesuai dengan
tingkat umur kodok, yang terkadang sulit dilakukan apabila kita memberinya
makanan yang langsung didapat dari alam. Dengan demikian maka problem yang
sering dialami seperti ukuran makanan lebih besar dari lebar bukaan mulut kodok
tidak perlu terjadi lagi.
Penyakit, Hama dan Penyebabnya
Penyakit kodok umumnya disebabkan oleh
serangan jamur dan bakteri. Paha kaki berwarna merah, luka dan kulit melepuh
adalah penyakit yang menyerang kodok yang berumur 1-2 bulan, menular dan
menyerang sistem saraf, sehingga akan mati dalam beberapa jam.
Pencegahan Serangan Penyakit dan Hama
Bakteri bisa menyerang kecebong, gejalanya
ekor luka dan berwarna putih. Penanggulangannya dengan memisahkan kecebong yang
terserang, kolam dibersihkan dengan PK, dosis 0,05 gram/ liter 15 hari sekali,
jangan memberikan makanan yang kandungan proteinnya melebihi dosis 10–15%
karena perut kodok akan menjadi kembung.
Pengobatan dengan antibiotika
streptomisin/tetrasiklin, obat luar dengan penggunaan betadine, atau direndam
dalam NaCl 0,15 gram/liter air selama 30 menit, diulang sampai 4 kali.
Pemberian Vaksinasi dan Obat
a.
Pengobatan kaki merah
dan bisul pada kodok, dengan memandikan kodok dalam larutan Nifurene 50–100
gram/m2 air, atau dengan suntikan teramisin 25 mg/kg, atau streptomycin 20
mg/kg berat kodok.
b.
Penyakit dubur keluar
diobati dengan cara pisahkan dan istirahatkan 2–3 hari dan tidak diberi makan.
Penyakit lainnya adalah dubur keluar (ambaien) pada percil (kodok muda). Untuk
mengatasinya, populasi tidak boleh terlalu padat dan kolam harus bersih dan
pemberian kadar kalori dalam makanan tidak boleh melebihi dosis 3400 cl/kg
makanan.
Hasil tambahan yang dapat diperoleh adalah
dengan mengolah limbah hasil pemotongan untuk dijadikan silase; dengan
penambahan propionat dan asam formiat dengan jalan digiling bersama sama maka
makanan untuk ternak ini tahan hingga 2 bulan pada suhu sedang. Hasil sampingan
lainnya adalah dengan dijadikan tepung, dimana kandungan mineral dan proteinnya
masih cukup tinggi untuk dijadikan bahan tambahan pakan ternak. Kodok yang
tidak dijual/afkir dapat diambil hiphofisanya untuk proses pemijahan berikutnya.
Proses penanganan pasca panen juga sangatlah
mudah. Untuk menjaga agar kodok tetap hidup dan segar, maka kita bisa
menggunakan karung goni atau tas kain yang dibasahi. Pengangkutan paling aman
dilakukan pada pagi hari atau sore hari. Apabila pengangkutan dilakukan untuk
jarak jauh maka perlu dibuatkan kotak kayu yang didesain secara khusus, dan
kapasitasnya disesuaikan dengan besarnya kotak kayu tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
|
1)
Susanto, Heru, Budidaya Kodok Unggul, Penebar Swadaya, jakarta 1998,126 hal
|
2)
Membudidayakan Katak Hijau di Pekarangan, Sinar Tani, 23 Juni 1993
|
3)
Budidaya Kodok Lembu, Dinas Perikanan Propinsi DT I Jawa Barat,1990
|
4)
Pengganggu Kodok Lembu, Tumbuh, Oktober 1992.
|
5)
Triwibowo,R,drh, Teknik Pemijahan Ternak Kodok, Trubus, 10 oktober 1993.
|
6)
Budidaya Kodok Unggul, Trubus, Oktober 1989.
|
7) Limbah
Kodok Alternatif Tepung Ikan, Surabaya Post, 6 Juli 1993.
|
8) Tepung
Kodok Pakan Ternak Berprotein Tinggi, Agrobis, 8 Nopember 1993
|
Sumber: Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (
Balitkanwar ) Bogor, ( Jl. Sempur No 1. Bogor )
|
ARTIKEL LAIN YANG MUNGKIN ANDA CARI