BUDIDAYA AYAM PETELUR -->

Translate

BUDIDAYA AYAM PETELUR


               (Gallus sp.)

1.SEJARAH SINGKAT


Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk
diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan dan
itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Tahun
demi  tahun  ayam  hutan  dari  wilayah  dunia  diseleksi  secara  ketat  oleh  para
pakar. Arah seleksi ditujukan pada produksi yang banyak, karena ayam hutan
tadi dapat diambil telur dan dagingnya maka arah dari produksi  yang banyak
dalam seleksi tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi
daging  dikenal  dengan  ayam  broiler,  sedangkan  untuk  produksi  telur  dikenal
dengan ayam petelur. Selain itu, seleksi juga diarahkan pada warna kulit telur
hingga   kemudian   dikenal   ayam   petelur   putih   dan   ayam   petelur   cokelat.
Persilangan dan seleksi itu dilakukan cukup lama hingga menghasilkan ayam
petelur seperti yang ada sekarang ini. Dalam setiap kali persilangan, sifat jelek
dibuang dan sifat baik dipertahankan ("terus dimurnikan"). Inilah yang kemudian
dikenal dengan ayam petelur unggul.

Menginjak  awal  tahun  1900-an,  ayam  liar  itu  tetap  pada  tempatnya  akrab
dengan  pola  kehidupan  masyarakat  dipedesaan.  Memasuki  periode  1940-an,
oran  mulai  mengenal  ayam  lain  selain  ayam  liar  itu.  Dari  sini,  orang  mulai
membedakan antara ayam orang Belanda (Bangsa Belanda saat itu menjajah
Indonesia) dengan ayam liar di Indonesia. Ayam liar ini kemudian dinamakan
ayam lokal yang kemudian disebut ayam kampung karena keberadaan ayam itu
memang di pedesaan. Sementara ayam orang Belanda disebut dengan ayam
luar negeri yang kemudian lebih akrab dengan sebutan ayam negeri (kala itu
masih  merupakan  ayam  negeri  galur  murni).  Ayam  semacam  ini  masih  bisa
dijumpai  di  tahun  1950-an  yang  dipelihara  oleh  beberapa  orang  penggemar
ayam. Hingga akhir periode 1980-an, orang Indonesia tidak banyak mengenal
klasifikasi ayam. Ketika itu,  sifat  ayam  dianggap  seperti  ayam  kampung saja,
bila  telurnya  enak  dimakan  maka  dagingnya  juga  enak  dimakan.  Namun,
pendapat  itu ternyata tidak benar, ayam  negeri/ayam ras  ini  ternyata  bertelur
banyak tetapi tidak enak dagingnya.

Ayam  yang  pertama  masuk  dan  mulai  diternakkan  pada  periode  ini  adalah
ayam ras petelur white leghorn yang kurus dan umumnya setelah habis masa
produktifnya.  Antipati  orang  terhadap  daging  ayam  ras  cukup  lama  hingga
menjelang akhir periode 1990-an. Ketika itu mulai merebak peternakan ayam
broiler   yang   memang   khusus   untuk   daging,   sementara   ayam   petelur
dwiguna/ayam petelur cokelat mulai menjamur pula. Disinilah masyarakat mulai
sadar  bahwa  ayam  ras  mempunyai  klasifikasi  sebagai  petelur  handal  dan
pedaging  yang  enak.  Mulai  terjadi  pula  persaingan  tajam  antara  telur  dan
daging ayam ras dengan telur dan daging ayam kampung. Sementara itu telur
ayam  ras  cokelat  mulai  diatas  angin,  sedangkan  telur  ayam  kampung  mulai
terpuruk pada penggunaan resep makanan tradisional saja. Persaingan inilah
menandakan maraknya peternakan ayam petelur.

Ayam   kampung   memang   bertelur   dan   dagingnya   memang   bertelur   dan
dagingnya  dapat  dimakan,  tetapi  tidak  dapat  diklasifikasikan  sebagai  ayam
dwiguna  secara  komersial-unggul.  Penyebabnya,  dasar  genetis  antara  ayam
kampung  dan  ayam  ras  petelur  dwiguna  ini  memang  berbeda  jauh.  Ayam
kampung  dengan  kemampuan  adaptasi  yang  luar  biasa  baiknya.  Sehingga
ayam    kampung    dapat    mengantisipasi    perubahan    iklim    dengan    baik
dibandingkan  ayam  ras.  Hanya  kemampuan  genetisnya  yang  membedakan
produksi kedua ayam ini. Walaupun ayam ras itu juga berasal dari ayam liar di
Asia dan Afrika.

2. SENTRA PERIKANAN


Ayam telah dikembangkan sangat pesat di setiapa negara. Sentra peternakan
ayam  petelur  sudah  dijumpai  di  seluruh  pelosok  Indonesia  terutama  ada  di
Pulau Jawa dan Sumatera, tetapi peternakan ayam telah menyebar di Asia dan
Afrika serta sebagian Eropa.

JENIS


Jenis ayam petelur dibagi menjadi dua tipe:

1) Tipe Ayam Petelur Ringan.
   Tipe  ayam  ini  disebut  dengan  ayam  petelur  putih.  Ayam  petelur  ringan  ini
   mempunyai   badan   yang   ramping/kurus-mungil/kecil   dan   mata   bersinar.
   Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini berasal dari
   galur murni white leghorn. Ayam galur ini sulit dicari, tapi ayam petelur ringan
   komersial banyak dijual di Indonesia dengan berbagai nama. Setiap pembibit
 ayam  petelur  di  Indonesia  pasti  memiliki  dan  menjual  ayam  petelur  ringan
   (petelur putih) komersial ini. Ayam ini mampu bertelur lebih dari 260 telur per
   tahun produksi hen house. Sebagai petelur, ayam  tipe ini memang khusus
   untuk  bertelur  saja  sehingga  semua  kemampuan  dirinya  diarahkan  pada
   kemampuan bertelur, karena dagingnya hanya sedikit. Ayam petelur ringan
   ini sensitif terhadapa cuaca panas dan keributan, dan ayam ini mudah kaget
   dan  bila  kaget  ayam  ini  produksinya  akan  cepat  turun,  begitu  juga  bila
   kepanasan.

2) Tipe Ayam Petelur Medium.
   Bobot tubuh ayam ini cukup berat. Meskipun itu, beratnya masih berada di
   antara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler. Oleh karena itu ayam ini
   disebut tipe ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak  kurus,  tetapi  juga
   tidak terlihat  gemuk. Telurnya  cukup  banyak  dan juga  dapat menghasilkan
   daging  yang  banyak.  Ayam  ini  disebut  juga  dengan  ayam  tipe  dwiguna.
   Karena warnanya yang cokelat, maka ayam ini disebut dengan ayam petelur
   cokelat yang umumnya mempunyai warna bulu yang cokelat juga. Dipasaran
   orang  mengatakan  telur  cokelat  lebih  disukai  daripada  telur  putih,  kalau
   dilihat dari warna kulitnya memang lebih menarik yang cokelat daripada yang
   putih, tapi dari segi gizi dan rasa relatif sama. Satu hal yang berbeda adalah
   harganya dipasaran, harga telur cokelat lebih mahal daripada telur putih. Hal
   ini dikarenakan telur cokelat lebih berat daripada telur putih dan produksinya
   telur  cokelat  lebih  sedikit  daripada  telur  putih.  Selain  itu  daging  dari  ayam
   petelur medium akan lebih laku dijual sebagai ayam pedaging dengan rasa
   yang enak.

4. MANFAAT


Ayam-ayam  petelur  unggul  yang  ada  sangat  baik  dipakai  sebagai  plasma
nutfah untuk menghasilkan bibit yang bermutu. Hasil  kotoran  dan  limbah  dari
pemotongan ayam petelur merupakan hasil samping yang dapat diolah menjadi
pupuk kandang, kompos atau sumber energi (biogas). Sedangkan seperti usus
dan   jeroan   ayam   dapat   dijadikan   sebagai   pakan   ternak   unggas   setelah
dikeringkan. Selain itu ayam dimanfaatkan juga dalam upacara keagamaan.

5.    PERSYARATAN LOKASI


     1) Lokasi yang jauh dari keramaian/perumahan penduduk.
     2) Lokasi mudah dijangkau dari pusat-pusat pemasaran.
     3) Lokasi terpilih bersifat menetap, tidak berpindah-pindah.  

6.PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1.  Penyiapan Sarana dan Peralatan

     1) Kandang

        Iklim kandang yang cocok untuk beternak ayam petelur meliputi persyaratan
        temperatur  berkisar  antara  32,2-35  derajat  C,  kelembaban  berkisar  antara
        60-70%, penerangan dan atau pemanasan kandang sesuai dengan aturan
        yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak
        melawan arah mata angin kencang serta sirkulasi udara yang baik, jangan
        membuat   kandang   dengan   permukaan   lahan   yang   berbukit   karena
        menghalangi  sirkulasi  udara  dan membahayakan  aliran  air  permukaan  bila
        turun  hujan,  sebaiknya  kandang  dibangun  dengan  sistem  terbuka  agar
        hembusan angin cukup memberikan kesegaran di dalam kandang.

        Untuk  kontruksi  kandang  tidak  harus  dengan  bahan  yang  mahal,  yang
        penting  kuat,  bersih  dan  tahan  lama.  Selanjutnya  perlengkapan  kandang
        hendaknya  disediakan  selengkap  mungkin  seperti  tempat  pakan,  tempat
        minum,  tempat  air,  tempat  ransum,  tempat  obat-obatan  dan  sistem  alat
        penerangan.

        Bentuk-bentuk  kandang  berdasarkan  sistemnya  dibagi  menjadi  dua:   a)
        Sistem  kandang koloni,  satu  kandang untuk banyak ayam  yang terdiri  dari
        ribuan  ekor  ayam  petelur;  b)  Sistem  kandang  individual,  kandang  ini  lebih
        dikenal dengan sebutan cage. Ciri dari kandang ini adalah pengaruh individu
        di  dalam  kandang  tersebut  menjadi  dominan  karena  satu  kotak  kandang
        untuk   satu   ekor   ayam.   Kandang   sistem   ini   banyak   digunakan   dalam
        peternakan ayam petelur komersial.

        Jenis  kandang  berdasarkan  lantainya  dibagi  menjadi  tiga  macam  yaitu:  1)
        kandang dengan  lantai  liter,  kandang ini  dibuat dengan  lantai  yang dilapisi
        kulit  padi,  pesak/sekam  padi  dan  kandang  ini  umumnya  diterapkan  pada
        kandang  sistem  koloni;  2)  kandang  dengan  lantai  kolong  berlubang,  lantai
        untuk  sistem  ini  terdiri  dari  bantu  atau  kayu  kaso  dengan  lubang-lubang
        diantaranya,  yang  nantinya  untuk  membuang  tinja  ayam  dan  langsung  ke
        tempat  penampungan;  3)  kandang  dengan  lantai  campuran  liter  dengan
        kolong berlubang, dengan perbandingan 40% luas lantai kandang untuk alas
        liter dan 60% luas lantai dengan kolong berlubang (terdiri dari 30% di kanan
        dan 30% di kiri).

     2) Peralatan

        a. Litter (alas lantai)
           Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang
           bocor  dan  air  hujan  tidak  ada  yang  masuk  walau  angin  kencang.  Tebal
          litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi/sekam
          dengan  sedikit  kapur  dan  pasir  secukupnya,  atau  hasi  serutan  kayu
          dengan panjang antara 3-5 cm untuk pengganti kulit padi/sekam.

       b. Tempat bertelur
          Penyediaan  tempat  bertelur  agar  mudah  mengambil  telur  dan  kulit  telur
          tidak  kotor,  dapat  dibuatkan  kotak  ukuran  30  x  35  x  45  cm  yang  cukup
          untuk  4-5  ekor  ayam.  Kotak  diletakkan  dididing  kandang  dengan  lebih
          tinggi dari tempat bertengger, penempatannya agar mudah pengambilan
          telur dari luar sehingga telur tidak pecah dan terinjak-injak serta dimakan.
          Dasar tempat bertelur dibuat miring dari kawat hingga telur langsung ke
          luar sarang setelah bertelur dan dibuat lubah yang lebih besar dari besar
          telur pada dasar sarang.

       c. Tempat bertengger
          Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding dan
          diusahakan  kotoran  jatuh  ke  lantai  yang  mudah  dibersihkan  dari  luar.
          Dibuat  tertutup  agar  terhindar  dari  angin  dan  letaknya  lebih  rendah  dari
          tempat bertelur.

       d. Tempat makan, minum dan tempat grit
          Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu,
          almunium  atau  apa  saja  yang  kuat  dan  tidak  bocor  juga  tidak  berkarat.
          Untuk tempat grit dengan kotak khusus

6.2.  Penyiapan Bibit

       Ayam  petelur  yang  akan  dipelihara  haruslah  memenuhi  syarat  sebagai
       berikut, antara lain:
       a) Ayam petelur harus sehat dan tidak cacat fisiknya.
       b) Pertumbuhan dan perkembangan normal.
       c) Ayam petelur berasal dari bibit yang diketahui keunggulannya.

       Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken)
       /ayam umur sehari:
       a) Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat.
       b) Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya .
       c) Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.
       d) Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik.
       e) Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.
       f)  Tidak ada letakan tinja diduburnya.

     1) Pemilihan Bibit dan Calon Induk

       Penyiapan bibit ayam petelur yang berkreteria baik dalam hal ini tergantung
       sebagai berikut:

a. Konversi Ransum.
   Konversi   ransum   merupakan   perabandingan   antara   ransum   yang
   dihabiskan ayam dalam menghasilkan sejumlah telur. Keadaan ini sering
   disebut dengan ransum per kilogram telur. Ayam yang baik akan makan
   sejumlah  ransum  dan  menghasilkan  telur  yang  lebih  banyak/lebih  besar
   daripada sejumlah ransum yang dimakannya. Bila ayam itu makan terlalu
   banyak  dan  bertelur  sedikit  maka  hal  ini  merupakan  cermin  buruk  bagi
   ayam  itu.  Bila  bibit  ayam  mempunyai  konversi  yang  kecil  maka  bibit  itu
   dapat dipilih, nilai konversi ini dikemukakan berikut ini pada berbagai bibit
   ayam   dan   juga   dapat   diketahui   dari   lembaran   daging   yang   sering
   dibagikan pembibit kepada peternak dalam setiap promosi penjualan bibit
   ayamnya.

b. Produksi Telur.
   Produksi  telur  sudah  tentu  menjadi  perhatian.  Dipilih  bibit  yang  dapat
   memproduksi  telur  banyak.  Tetapi  konversi  ransum  tetap  utama  sebab
   ayam  yang  produksi  telurnya  tinggi  tetapi  makannya  banyak  juga  tidak
   menguntungkan.

c. Prestasi bibit dilapangan/dipeternakan.
   Apabila  kedua  hal  diatas  telah  baik  maka  kemampuan  ayam  untuk
   bertelur  hanya  dalam  sebatas  kemampuan  bibit  itu.  Contoh  prestasi
   beberapa jenis bibit ayam petelur dapat dilihat pada data di bawah ini.
   -   Babcock B-300 v: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house)
     270, ransum 1,82 kg/dosin telur.
   -   Dekalb  Xl-Link:  berbulu  putih,  type  ringan,  produksi  telur(hen  house)
     255-280, ransum 1,8-2,0 kg/dosin telur.
   -   Hisex white: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 288,
     ransum 1,89 gram/dosin telur.
   -   H & W nick: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 272,
     ransum 1,7-1,9 kg/dosin telur.
   -   Hubbarb   leghorn:   berbulu   putih,   type   ringan,   produksi   telur(hen
     house)260, ransum 1,8-1,86 kg/dosin telur.
   -   Ross white: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 275,
     ransum 1,9 kg/dosin telur.
   -   Shaver S 288: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house)280,
     ransum 1,7-1,9 kg/dosin telur.
   -   Babcock  B  380:  berbulu  cokelat,  type  Dwiguna,  produksi  telur(hen
     house) 260-275, ransum 1,9 kg/dosin telur.
   -   Hisex   brown:   berbulu   cokelat,   type   Dwiguna,   produksi   telur(hen
     house)272, ransum 1,98 kg/dosin telur.
   -   Hubbarb   golden   cornet:   berbulu   cokelat,   type   Dwiguna,   produksi
     telur(hen house) 260, ransum 1,24-1,3 kg/dosin telur.
   -   Ross Brown: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house)
     270, ransum 2,0 kg/dosin telur.
   -   Shaver   star   cross   579:   berbulu   cokelat,   type   Dwiguna,   produksi
     telur(hen house) 265, ransum 2,0-2,08 kg/dosin telur.

           -   Warren sex sal link: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen
             house) 280, ransum 2,04 kg/dosin telur.

6.3.  Pemeliharaan

     1) Sanitasi dan Tindakan Preventif

        Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan
        usaha  pencegahan  penyakit  yang  paling  murah,  hanya  dibutuhkan  tenaga
        yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada
        ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry
        shoup.

     2) Pemberian Pakan

        Untuk  pemberian  pakan  ayam  petelur  ada  2  (dua)  fase  yaitu  fase  starter
        (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu).

        a. Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut:
           -   Kwalitas  atau  kandungan  zat  gizi  pakan  terdiri  dari  protein  22-24%,
              lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%,
              ME 2800-3500 Kcal.
           -   Kwantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu
              minggu  pertama  (umur  1-7  hari)  17  gram/hari/ekor;  minggu  kedua
              (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor; minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66
              gram/hari/ekor  dan  minggu  ke-4  (umur  22-29  hari)  91  gram/hari/ekor.
              Jadi  jumlah  pakan  yang  dibutuhkan  tiap  ekor  sampai  pada  umur  4
              minggu sebesar 1.520 gram.

        b. Kwalitas dan kwantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:
           -   Kwalitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%;
              lemak 2,5%; serat kasar 4,5%; kalsium (Ca) 1%; Phospor (P) 0,7-0,9%
              dan energi (ME) 2900-3400 Kcal.
           -   Kwantitas  pakan  terbagi/digolongkan  dalam  empat  golongan  umur
              yaitu: minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor; minggu ke-6
              (umut  37-43  hari)  129  gram/hari/ekor;  minggu  ke-7  (umur  44-50  hari)
              146    gram/hari/ekor    dan   minggu    ke-8    (umur    51-57    hari)    161
              gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari
              adalah 3.829 gram.

        Pemberian   minum   disesuaikan   dangan   umur   ayam,   dalam   hal   ini
        dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:

        a. Fase  starter  (umur  1-29  hari)  kebutuhan  air  minum  terbagi  lagi  pada
           masing-masing  minggu,  yaitu  minggu  ke-1  (1-7  hari)  1,8  lliter/hari/100
           ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor; minggu ke-3 (15-21
           hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor.

     Jadi  jumlah  air  minum  yang  dibutuhkan  sampai  umur  4  minggu  adalah
     sebanyak  122,6  liter/100  ekor.  Pemberian  air  minum  pada  hari  pertama
     hendaknya   diberi   tambahan   gula   dan   obat   anti   stress   kedalam   air
     minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air.

  b. Fase   finisher   (umur   30-57   hari),   terkelompok   dalam   masing-masing
     minggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-6
     (37-43  hari)  10,9   liter/hari/100   ekor;   minggu   ke-7   (44-50   hari)   12,7
     liter/hari/100  ekor  dan  minggu  ke-8  (51-57  hari)  14,1  liter/hari/ekor.  Jadi
     total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor.

3) Pemberian Vaksinasi dan Obat

  Vaksinasi  merupakan  salah  satu  cara  pengendalian  penyakit  virus  yang
  menulardengan  cara  menciptakan  kekebalan  tubuh.  Pemberiannya  secara
  teratur  sangat  penting  untuk  mencegah  penyakit.  Vaksin  dibagi  menjadi  2
  macam yaitu:

  Vaksin   aktif   adalah   vaksin   mengandung   virus   hidup.   Kekebalan   yang
  ditimbulkan lebih lama daripada dengan vaksin inaktif/pasif.

  Vaksin    inaktif,    adalah    vaksin    yang    mengandung   virus    yang    telah
  dilemahkan/dimatikan  tanpa  merubah  struktur  antigenic,  hingga  mampu
  membentuk    zat    kebal.    Kekebalan    yang    ditimbulkan    lebih    pendek,
  keuntungannya disuntikan pada ayam yang diduga sakit.

  Macam-macam vaksin:
  a) Vaksin NCD vrus Lasota buatan Drh Kuryna
  b) Vaksin NCD virus Komarov buatan Drh Kuryna (vaksin inaktif)
  c) Vaksin NCD HB-1/Pestos.
  d) Vaksin Cacar/pox, virus Diftose.
  e) Vaksin anti RCD Vaksin Lyomarex untuk Marek.

  Persyaratan dalam vaksinasi adalah:
  a) Ayam yang divaksinasi harus sehat.
  b) Dosis dan kemasan vaksin harus tepat.
  c) Sterilisasi alat-alat.

4) Pemeliharaan Kandang

  Agar  bangunan  kandang  dapat  berguna  secara  efektif,  maka  bangunan
  kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan
  dijaga/dicek     apabila     ada     bagian     yang     rusak     supaya     segera
  disulam/diperbaiki  kembali.   Dengan  demikian   daya   guna  kandang  bisa
  maksimal   tanpa   mengurangi   persyaratan   kandang   bagi   ternak   yang
  dipelihara.

7.HAMA DAN PENYAKIT

7.1.  Penyakit karena Bakteri

     1) Berak putih (pullorum)
        Menyerang ayam kampung dengan angka kematian yang tinggi. Penyebab:
        Salmonella pullorum. Pengendalian: diobati dengan antibiotika

     2) Foel typhoid
        Sasaran yang disering adalah ayam muda/remaja dan dewasa. Penyebab:
        Salmonella  gallinarum.  Gejala:  ayam  mengeluarkan  tinja  yang  berwarna
        hijau kekuningan. Pengendalian: dengan antibiotika/preparat sulfa.

     3) Parathyphoid
        Menyerang ayam dibawah umur satu bulan. Penyebab:  bakteri  dari  genus
        Salmonella. Pengendalian: dengan preparat sulfa/obat sejenisnya.

     4) Kolera
        Penyakit  ini  jarang  menyerang  anak  ayam  atau  ayam  remaja  tetapi  selain
        menyerang   ayam   menyerang   kalkun   dan   burung   merpati.   Penyebab:
        pasteurella   multocida.   Gejala:   pada   serangan   yang   serius   pial   ayam
        (gelambir    dibawah    paruh)    akan    membesar.    Pengendalian:    dengan
        antibiotika (Tetrasiklin/Streptomisin).

     5) Pilek ayam (Coryza)
        Menyerang   semua   umur   ayam   dan   terutama   menyerang   anak   ayam.
        Penyebab: makhluk intermediet antara bakteri dan virus. Gejala: ayam yang
        terserang  menunjukkan  tanda-tanda  seperti  orang  pilek.  Pengendalian:
        dapat disembuhkan dengan antibiotia/preparat sulfa.

     6) CRD
        CRD  adalah  penyakit  pada  ayam  yang  populer  di  Indonesia.  Menyerang
        anak ayam dan ayam remaja.  Pengendalian: dilakukan dengan antibiotika
        (Spiramisin dan Tilosin).

     7) Infeksi synovitis
        Penyakit  ini  sering  menyerang  ayam  muda  terutama  ayam  broiler  dan
        kalkun. Penyebab: bakteri dari genus Mycoplasma. Pengendalian: dengan
        antibiotika.
7.2.  Penyakit karena Virus

     1) Newcastle disease (ND)
        ND  adalah  penyakit  oleh  virus  yang  populer  di  peternak  ayam  Indonesia.
        Pada   awalnya   penyakit   ditemukan   tahun   1926   di   daerah   Priangan.

   Penemuan tersebut tidak tersebar luas ke seluruh dunia. Kemudian di Eropa,
   penyakit  ini  ditemukan  lagi  dan  diberitakan  ke  seluruh  dunia.  Akhirnya
   penyakit ini disebut Newcastle disease.

2) Infeksi bronchitis
   Infeksi bronchitis menyerang semua umur ayam. Pada dewasa penyakit ini
   menurunkan  produksi  telur.  Penyakit  ini  merupakan  penyakit  pernafasan
   yang  serius  untuk  anak  ayam  dan  ayam  remaja.  Tingkat  kematian  ayam
   dewasa   adalah   rendah,   tapi   pada   anak   ayam   mencapai   40%.   Bila
   menyerang ayam petelur menyebabkan telur lembek, kulit telur tidak normal,
   putih telur encer dan kuning telur mudah berpindah tempat (kuning telur yang
   normal selalu ada ditengah). Tidak ada pengobatan untuk penyakit ini tetapi
   dapat dicegah dengan vaksinasi.

3) Infeksi laryngotracheitis
   Infeksi laryngotracheitis merupakan penyakit pernapasan yang serius terjadi
   pada unggas. Penyebab: virus yang diindetifikasikan dengan Tarpeia avium.
   Virus  ini  di  luar  mudah  dibunuh  dengan  desinfektan,  misalnya  karbol.
   Pengendalian:   (1)   belum   ada   obat   untuk   mengatasi   penyakit   ini;   (2)
   pencegahan dilakukan dengan vaksinasi dan sanitasi yang ketat.

4) Cacar ayam (Fowl pox)
   Gejala:  tubuh  ayam  bagian  jengger  yang  terserang  akan  bercak-bercak
   cacar. Penyebab: virus Borreliota avium. Pengendalian: dengan vaksinasi.

5) Marek
   Penyakit  ini  menjadi  populer  sejak  tahun  1980-an  hingga  kini  menyerang
   bangsa  unggas,  akibat  serangannya  menyebabkan  kematian  ayam  hingga
   50%. Pengendalian: dengan vaksinasi.

6) Gumboro
   Penyakit  ini  ditemukan  tahun  1962  oleh  Cosgrove  di  daerah  Delmarva
   Amerika   Serikat.   Penyakit   ini   menyerang   bursa   fabrisius,   khususnya
   menyerang anak ayam umur 3-6 minggu.

7.3.  Penyakit karena Jamur dan Toksin

     Penyakit ini karena ada jamur atau sejenisnya yang merusak makanan. Hasil
     perusakan  ini  mengeluarkan  zak  racun  yang  kemudian  di  makan  ayam.  Ada
     pula pengolahan bahan yang menyebabkan asam amino berubah menjadi zat
     beracun. Beberapa penyakit ini adalah :

     1) Muntah darah hitam (Gizzerosin)
        Ciri  kerusakan  total  pada  gizzard  ayam.  Penyebab:  adalah  racun  dalam
        tepung ikan tetapi tidak semua tepung ikan menimbulkan penyakit ini. Timbul  
   penyakit  ini  akibat  pemanasan  bahan  makanan  yang  menguraikan  asam
   amino hingg menjadi racun. Pengendalian: belum ada.

2) Racun dari bungkil kacang
   Minyak  yang  tinggi  dalam  bungkil  kelapa  dan  bungkil  kacang  merangsang
   pertumbuhan  jamur  dari  grup  Aspergillus.  Untuk  menghindari  keracunan
   bungkil  kacang  maka  dalam  rancung  tidak  digunakan  antioksidan  atau
   bungkil kacang dan bungkil kelapa yang mengandung kadar lemak tinggi.
7.4.  Penyakit karena Parasit

     1) Cacing
        Karena  penyakit  cacing  jarang  ditemukan  di  peternakan  yang  bersih  dan
        terpelihara baik. Tetapi peternakan yang kotor banyak siput air dan minuman
        kotor  maka  mungkin  ayam  terserang  cacingan.  Ciri  serangan  cacingan
        adalah tubuhnya kurus, bulunya kusam, produksi telur merosot dan kurang
        aktif.

     2) Kutu
        Banyak  menyerang  ayam  di  peternakan  Indonesia.  Dari  luar  kutu  tidak
        terlihat tapi bila bulu ayam disibak akan terlihat kutunya. Tanda fisik  ayam
        terserang  ayam  akan  gelisah.  Kutu  umum  terdapat  di  kandang  yang  tidak
        terkena  sinar  matahari  langsung  maka  sisi  samping  kandang  diarahkan
        melintang dari Timur  ke Barat.  Penggunaan  semprotan  kutu  sama  dengan
        cara penyemprotan nyamuk. Penyemprotan ini tidak boleh mengenai tangan
        dan   mata   secara   langsung   dan   penyemprotan   dilakukan   malam   hari
        sehingga pelaksanaannya lebih mudah karena ayam tidak aktif.

7.5.  Penyakit karena Protozoa

     Penyakit ini berasal dari protozoa (trichomoniasis, Hexamitiasis dan Blachead),
     penyakit  ini  dimasukkan  ke  golongan  parasit  tetapi  sebenarnya  berbeda.
     Penyakit ini jarang menyerang ayam lingkungan peternakan dijaga kebersihan
     dari alang-alang dan genangan air.

8. PANEN

8.1.  Hasil Utama

     Hasil  utama  dari  budidaya  ayam  petelur  adalah  berupa  telur  yang  diahsilkan
     oelh ayam. Sebaiknya telur dipanen 3 kali dalam sehari. Hal ini bertujuan agar
     kerusakan   isi   tlur   yang   disebabkan   oleh   virus   dapat   terhindar/terkurangi.
     Pengambilan  pertama  pada  pagi  hari  antara  pukul  10.00-11.00;  pengambilan
     kedua   pukul   13.00-14.00;   pengambilan   ketiga   (terakhir)sambil   mengecek
     seluruh kandang dilakukan pada pukul 15.00-16.00.

8.2.  Hasil Tambahan

     Hasil tambahan yang dapat dinukmati dari hasil budidaya ayam petelur adalah
     daging  dari  ayam  yang  telah  tua  (afkir)  dan  kotoran  yang  dapat  dijual  untuk
     dijadikan pupuk kandang.
8.3.  Pengumpulan

     Telur  yang  telah  dihasilkan  diambil  dan  diletakkan  di  atas  egg  tray  (nampan
     telur).  Dalam  pengambilan  dan  pengumpulan  telur,  petugas  pengambil  harus
     langsung memisahkan antara telur yang normal dengan yang abnormal. Telur
     normal adalah telur yang oval, bersih dan kulitnya  mulus  serta  beratnya  57,6
     gram  dengan  volume  sebesar  63  cc.  Telur  yang  abnormal  misalnya  telurnya
     kecil atau terlalu besar, kulitnya retak atau keriting, bentuknya lonjong.

8.4.  Pembersihan

     Setelah  telur  dikumpulkan,  selanjutnya  telur  yang  kotor  karena  terkena  litter
     atau tinja ayam dibershkan. Telur yang terkena litter dapat dibersihkan dengan
     amplas besi yang halus, dicuci secara khusus atau dengan cairan pembersih.
     Biasanya pembersihan dilakukan untuk telur tetas.

 DAFTAR PUSTAKA


     1) Muhammad  Rasyaf,  Dr.,Ir.  Beternak  Ayam  Pedaging.  Penerbit  Penebar
        Swadaya (anggota IKAPI) Jakarta.
     2) Cahyono,   Bambang,   Ir.1995.   Cara   Meningkatkan   Budidaya   Ayam   Ras
        Pedaging (Broiler). Penerbit Pustaka Nusatama Yogyakarta.

 KONTAK HUBUNGAN


     1) Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan - BAPPENAS
        Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

     2) Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan
        dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8,
        Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952,
        Situs Web: http://www.ristek.go.id
         Jakarta, Maret 2000

Sumber

Editor
:   Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas
:   Kemal Prihatman

Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id




ARTIKEL LAIN YANG MUNGKIN ANDA CARI