Budidaya Krisan -->

Translate

Budidaya Krisan


            KRISAN
( C. morifolium Ramat, C. indicum, C. daisy )

1. SEJARAH SINGKAT

Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain Seruni
atau Bunga emas (Golden Flower) berasal dari dataran Cina. Krisan kuning berasal
dari  dataran  Cina, dikenal  dengan  Chrysanthenum  indicum  (kuning),  C.  morifolium
(ungu   dan   pink)   dan   C.   daisy   (bulat,   ponpon).   Di   Jepang   abad   ke-4   mulai
membudidayakan  krisan,  dan  tahun  797  bunga  krisan  dijadikan  sebagai  simbol
kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of The East.

Tanaman krisan dari Cina dan Jepang menyebar ke kawasan Eropa dan Perancis
tahun 1795. Tahun 1808 Mr. Colvil dari Chelsa mengembangkan 8 varietas krisan di
Inggris. Jenis atau varietas krisan modern diduga mulai ditemukan pada abad ke-17.
Krisan   masuk   ke   Indonesia   pada   tahun   1800.   Sejak   tahun   1940,   krisan
dikembangkan secara komersial.

2. JENIS TANAMAN

Jenis  dan  varietas  tanaman  krisan  di  Indonesia  umumnya  hibrida  berasal  dari
Belanda, Amerika Serikat dan Jepang. Krisan yang ditanam di Indonesia terdiri atas:
a) Krisan lokal (krisan kuno)
   Berasal  dari  luar  negri,  tetapi  telah  lama  dan  beradaptasi  di  Indoenesia  maka
   dianggap sebagai krisan lokal. Ciri-cirinya antara lain sifat hidup di hari netral dan
   siklus hidup antara 7-12 bulan dalam satu kali penanaman. Contoh C. maximum
   berbunga  kuning  banyak  ditanam  di  Lembang  dan  berbunga  putih  di  Cipanas
   (Cianjur).
b) Krisan introduksi (krisan modern atau krisan hibrida)
   Hidupnya berhari pendek dan bersifat sebagai tanaman annual. Contoh krisan ini
   adalah C. indicum hybr. Dark Flamingo, C. i.hybr. Dolaroid,C. i. Hybr. Indianapolis
   (berbunga  kuning)  Cossa,  Clingo,  Fleyer  (berbunga  putih),  Alexandra  Van  Zaal
   (berbunga merah) dan Pink Pingpong (berbunga pink).
c) Krisan produk Indonesia
   Balai  Penelitian  Tanaman  Hias  Cipanas  telah  melepas  varietas  krisan  buatan
   Indonesia yaitu varietas Balithi 27.108, 13.97, 27.177, 28.7 dan 30.13A.

3. MANFAAT TANAMAN

Kegunaan  tanaman  krisan  yang  utama  adalah  sebagai  bunga  hias.  Manfaat  lain
adalah sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga. Sebagai
bunga hias, krisan di Indonesia digunakan sebagai:

a) Bunga pot
   Ditandai  dengan  sosok  tanaman  kecil,  tingginya  20-40  cm,  berbunga  lebat  dan
   cocok ditanam di pot, polibag atau wadah lainnya. Contoh krisan mini (diameter
   bunga kecil) ini adalah varietas Lilac Cindy (bunga warna ping keungu-unguan),
   Pearl Cindy (putih kemerah-merahan), White Cindy (putih dengan tengahnya putih
   kehijau-hijauan),  Applause  (kuning  cerah),  Yellow  Mandalay  (semuanya  dari
   Belanda).Krisan  introduksi  berbunga  besar  banyak  ditanam  sebagai  bunga  pot,
   terdapat  12  varitas  krisan  pot  di  Indonesia,  yang  terbanyak  ditanam  adalah
   varietas Delano (ungu), Rage (merah) dan Time (kuning).

b) Bunga potong
   Ditandai  dengan  sosok  bunga  berukuran  pendek  sampai  tinggi,  mempunyai
   tangkai bunga panjang, ukuran bervariasi (kecil, menengah dan besar), umumnya
   ditanam di lapangan dan hasilnya dapat digunakan sebagai bunga potong. Contoh
   bunga  potong  amat  banyak  antara  lain  Inga,  Improved  funshine,  Brides,  Green
   peas, Great verhagen, Puma, Reagen, Cheetah, Klondike dll.

4. SENTRA PENANAMAN

Daerah sentra produsen krisan antara lain: Cipanas, Cisarua, Sukabumi, Lembang
(Jawa Barat), Bandungan (Jawa Tengah), Brastagi (Sumatera Utara).

5. SYARAT PERTUMBUHAN

5.1.  Iklim

1) Tanaman  krisan  membutuhkan  air  yang  memadai,  tetapi  tidak  tahan  terhadap
   terpaan  air  hujan.  Oleh  karena  itu  untuk  daerah  yang  curah  hujannya  tinggi,
   penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah plastik.
2) Untuk pembungaan membutuhkan cahaya yang lebih lama yaitu dengan bantuan
   cahaya dari lampu TL dan lampu pijar. Penambahan penyinaran yang paling baik
   adalah tengah malam antara jam 22.30-01.00 dengan lampu 150 watt untuk areal
           2
   9   m    dan   lampu  dipasang  setinggi  1,5   m   dari   permukaan   tanah.   Periode
   pemasangan   lampu   dilakukan   sampai   fase   vegetatif   (2-8   minggu)   untuk
   mendorong pembentukan bunga.
3) Suhu  udara  terbaik  untuk  daerah  tropis  seperti  Indonesia  adalah  antara  20-26
   derajat C. Toleran suhu udara untuk tetap tumbuh adalah 17-30 derajat C.
4) Tanaman krisan membutuhkan kelembaban yang tinggi untuk awal pembentukan
   akar bibit, setek diperlukan 90-95%. Tanaman muda sampai dewasa antara 70-
   80%, diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai.
5) Kadar  CO 2  di  alam  sekitar  3000  ppm.  Kadar  CO 2  yang  ideal  untuk  memacu
   fotosistesa  antara  600-900  ppm.  Pada  pembudidayaan  tanaman  krisan  dalam
   bangunan  tertutup,  seperti  rumah  plastik,  greenhouse,  dapat  ditambahkan  CO 2,
   hingga mencapai kadar yang dianjurkan.

5.2.  Media Tanam
1) Tanah  yang  ideal  untuk  tanaman  krisan  adalah  bertekstur  liat  berpasir,  subur,
   gembur dan drainasenya baik, tidak mengandung hama dan penyakit.
2) Derajat keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman sekitar 5,5-6,7.

5.3.  Ketinggian Tempat

ketinggian tempat yang ideal untuk budidaya tanaman ini antara 700-1200 m dpl.
 

6.PEDOMAN BUDIDAYA

6.1.  Pembibitan

1) Persyaratan Bibit

   Bibit  diambil  dari  induk  sehat,  berkualitas  prima,  daya  tumbuh  tanaman  kuat,
   bebas dari hama dan penyakit dan komersial di pasar.

2)  Penyiapan Bibit

   Pembibitan  krisan  dilakukan  dengan  cara  vegetatif  yaitu  dengan  anakan,  setek
   pucuk dan kultur jaringan.

   a) Bibit asal anakan
   b) Bibit asal stek pucuk
     Tentukan tanaman yang sehat dan cukup umur. Pilih tunas pucuk yang tumbuh
     sehat,  diameter  pangkal  3-5  mm,  panjang  5  cm,  mempunyai  3  helai  daun
     dewasa berwarna hijau terang, potong pucuk tersebut, langsung semaikan atau
     disimpan dalam ruangan dingin bersuhu udara 4 derajat C, dengan kelembaban
     30  %  agar  tetap  tahan  segar  selama  3-4  minggu.  Cara  penyimpanan  stek
     adalah dibungkus dengan beberapa lapis kertas tisu, kemudian dimasukan ke
     dalam kantong plastik rata-rata 50 stek.

   c) Penyiapan bibit dengan kultur jaringan
     Tentukan mata tunas atau eksplan dan ambil dengan pisau silet, stelisasi mata
     tunas dengan sublimat 0,04 % (HgCL) selama 10 menit, kemudian bilas dengan
     air suling steril. Lakukan penanaman dalam medium MS berbentuk padat.

Hasil  penelitian lanjutan perbanyakan tanaman krisan secara kultur jaringan:

     1. Medium MS padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter
        ditambah 1,5 mg kinetin/liter, paling baik untuk pertumbuhan tunas dan akar
        eksplan.  Pertunasan  terjadi  pada  umur  29  hari,  sedangkan  perakaran  26
        hari.
     2. Medium MS padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter
        ditambah  0,5  BAP/liter,  kalus  bertunas  waktu  26  hari,  tetapi  medium  tidak
        merangsang pemunculan akar.
     3. Medium   MS   padat     ditambah   0,5   mg   NAA/liter   ditambah   0,5-0.2   mg
        kinetin/liter  ditambah  0,5  mg  NAA/liter  ditambah  0,5-2,0  BAP/liter  pada
        eksplan varietas Sandra untuk membentuk akar pada umur 21-31 hari.

   Penyiapan bibit pada skala komersial dilakukan dengan dua tahap yaitu:

   a) Stok tanaman induk
     Fungsinya  untuk  memproduksi  bagian  vegetatif  sebanyak  mungkin  sebagai
     bahan tanaman Ditanam di areal khusus terpisah dari areal budidaya. Jumlah
     stok   tanaman   induk   disesuaikan   dengan   kebutuhan   bibit   yang   telah
     direncanakan.  Tiap  tanaman  induk  menghasilkan  10  stek  per  bulan,  dan
     selama   4-6   bulan   dipelihara   memproduksi   sekitar   40-60   stek   pucuk.
     Pemeliharaan kondisi lingkungan berhari panjang dengan penambahan cahaya
     4 jam/hari mulai 23.30-03.00 lampu pencahayaan dapat dipilih Growlux SL 18
     Philip.

   b) Perbanyakan vegetatif tanaman induk.
     1. Pemangkasan pucuk, dilakukan pada umur 2 minggu setelah bibit ditanam,
        dengan  cara  memangkas  atau  membuang  pucuk  yang  sedang  tumbuh
        sepanjang 0,5-1 cm.
     2. Penumbuhan   cabang   primer.   Perlakuan   pinching   dapat   merangsang
        pertumbuhan tunas ketiak sebanyak 2-4 tunas. Tunas ketiak daun dibiarkan
        tumbuh sepanjang 15-20 cm atau disebut cabang primer.
     3. Penumbuhan    cabang    sekunder.    Pada    tiap    ujung    primer    dilakukan
        pemangkasan  pucuk  sepanjang  0,5-1  cm,  pelihara  tiap  cabang  sekunder
        hingga tumbuh sepanjang 10-15 cm.

3) Teknik Penyemaian Bibit

   a) Penyemaian di bak
     Siapkan tempat atau lahan pesemaian berupa bak-bak berukuran lebar 80 cm,
     kedalaman 25 cm, panjang disesuaikan dengan kebutuhan dan sebaiknya bak
     berkaki  tinggi.  Bak  dilubangi  untuk  drainase  yang  berlebihan.  Medium  semai
     berupa pasir steril hingga cukup penuh. Semaikan setek pucuk dengan jarak 3
     cm x 3 cm dan kedalaman 1-2 cm, sebelum ditanamkan diberi Rotoon (ZPT).
     Setelah tanam pasang sungkup plastik yang transparan di seluruh permukaan.
   b) Penyemaian kultur jaringan
     Bibit mini dalam botol dipindahkan ke pesemaian beisi medium berpasir steril
     dan bersungkup plastik tembus cahaya.

4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

   Pemeliharaan untuk stek pucuk yaitu penyiraman dengan sprayer 2-3 kali sehari,
   pasang bola lampu untuk pertumbuhan vegetatif, penyemprotan pestisida apabila
   tanaman di serang hama atau penyakit. Buka sungkup pesemaian  pada sore hari
   dan malam hari, terutama pada beberapa hari sebelum pindah ke lapangan.

   Pemeliharaan  pada  kultur  jaringan  dilakukan  di  ruangan  aseptik,  setelah  bibir
   berukuran cukup besar, diadaptasikan secara bertahap ke lapangan terbuka.

5) Pemindahan Bibit

   Bibit stek pucuk siap dipindahtanamkan ke kebun pada umur 10-14 hari setelah
   semai dan bibit dari kultur jaringan bibit siap pindah yang sudah berdaun 5-7 helai
   dan setinggi 7,5-10 cm.

6.2.  Pengolahan Media Tanam

1) Pembentukan Bedengan

  Olah  tanah  dengan  menggunakan  cangkul  sedalam  30  cm  hingga  gembur,
  keringanginkan   selama   15   hari.   Gemburkan   yang   kedua   kalinya   sambil
  dibersihkan dari gulma dan bentuk bedengan dengan lebar 100-120 cm, tinggi 20-
  30 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antara bedengan 30-40 cm.

2) Pengapuran

  Tanah yang mempunyai pH > 5,5, perlu diberi pengapuran berupa kapur pertanian
  misalnya dengan dolomit, kalsit, zeagro. Dosis tergantung pH tanah. Kebutuhan
  dolomit pada pH 5 = 5,02 ton/ha, pH 5,2 = 4,08 ton/ha, pH 5,3 = 3,60 ton/ha, pH
  5,4  =  3,12  ton/ha.  Pengapuran  dilakukan  dengan  cara  disebar  merata  pada
  permukaan bedengan.

6.3.  Teknik Penanaman

1) Teknik Penanaman Bunga Potong

  a) Penentuan Pola Tanam.
     Tanaman bunga krisan merupakan tanaman yangdapat dibudidayakan secara
     monokultur.
  b) Pembuatan Lubang Tanam
     Jarak lubang tanam 10 cm x 10 cm, 20 cm x 20 cm. Lubang tanam dengan cara
     ditugal.  Penanaman  biasanya  disesuaikan  dengan  waktu  panen  yaitu  pada
     hari-hari besar. Waktu tanam yang baik antara pagi atau sore hari.
  c) Pupuk Dasar
     Furadan  3G  sebanyak  6-10  butir  perlubang.  Campuran  pupuk  ZA  75  gram
     ditambah TSP 75 gram ditambah KCl 25gram (3:3:1)/m2 luas tanam, diberikan
     merata pada tanah sambil diaduk.
  d) Cara Penanaman
     Ambil  bibit  satu  per  satu  dari  wadah  penampungan  bibit,  urug  dengan  tanah
     tipis  agar  perakaran  bibit  krisan  tidak  terkena  langsung  dengan  furadan  3G.
     Tanamkan bibit krisan  satu per satu pada lubang yang telah disiapkan sedalam
     1-2  cm,  sambil  memadatkan  tanah  pelan-pelan  dekat  pangkal  batang  bibit.
     Setelah  penanaman  siram  dengan  air  dan  pasang  naungan  sementara  dari
     sungkup plastik transparan.

2) Teknik Penanaman untuk Memperpendek Batang

  Penanaman  dilakukan  sama  dengan  untuk  bunga  potong  biasa,  tetapi  dengan
  menambah cahaya agar tangkai menjadi pendek.
  a) Pengaturan dan Penambahan Cahaya
      Dilakukan  sampai  batas tertentu  dengan  ketinggian  tanaman  yang  dinginkan.
     Misalnya,  bila  diinginkan  bunga  krisan  bertangkai  70  cm,  maka  penambahan
     cahaya  sejak  ketinggian  50-60  cm.  Lampu  dimatikan.  Periode  berikutnya
     beralih ke generatif. Tangkai bunga  memanjang mencapai 80 cm. Bila dipanen
     tangkainya  70  cm,  maka  tangkai  bunga  yang  tersisa  adalah  10  cm  pada
     tanaman. Total lama penyinaran sejak bibit ditanam sampai periode generatif
     antara 12-15 minggu tergantung varietas krisan.
     Cara  pengaturan  dan  penambahan  cahaya  yaitu  dengan  pola  byarpet,  yaitu
     pencahayaan malam selama 5 menit lalu dimatikan selama 1 menit dilakukan
     secara  berulang-ulang  hingga  mencapai  30  menit.  Cara  lain  pengaturan  dan
     penambahan cahaya adalah dengan memasang lampu TL pada tengah malam
     mulai pukul 22.30-01.00.
  
b) Pemupukan
     Waktu  pemupukan  dimulai  umur  1  bulan  setelah  tanam,  kemudian  diulang
     kontinue dan periodik seminggu sekali, dan akhirnya sebulan sekali. Jenis dan
     dosis pupuk yang diberikan pada fase vegetatif yaitu Urea 200 gram ditambah
                                                                               2
     ZA 200 gram ditambah KNO3 100 gram per m  luas lahan. Pada fase Generatif
     digunakan  pupuk  Urea  10  gram  ditambah  TSP  10  gram  ditambah  KNO3  25
        2   gram per m  luas lahan, cara pemberiannya dengan disebar dalam larikan atau
     lubang ditugal samping kiri dan samping kanan.
   c) Pembuangan Titik Tumbuh
     Waktu pembuangan titik tumbuh adalah pada umur 10-14 hari setelah tanam,
     dengan cara memotes ujung tanam sepanjang 5 cm.
   d) Penjarangan Bunga
     Jika  ingin  mendapatkan  bunga  yang  besar,  dalam  1  tangkai  bunga  hanya
     dibiarkan satu bakal bunga yang tumbuh.

3) Teknik Penanaman untuk Bunga Pot

   Sebanyak  5-7  Bibit  yang  telah  berakar  ditanam  di  dalam  pot  yang  berisi  media
   sabut  kelapa   (hancur)  atau   campuran   tanah   dan   sekam   padi   (1:1).   Untuk
   memperpendek   batang,   pot-pot   ini   ditumbuhkan   selama   2   minggu   dengan
   penyinaran 16 jam/hari.

   Untuk  merangsang  pembungaan,  pot-pot  kemudian  diberi  pencahayaan  pendek
   dengan   cara   menutupnya   di   dalam   kubung   dari   jam   16.00-22.00.   Selama
   pertumbuhan tanaman diberi pupuk cir multihara lengkap. Pembungaan ini dapat
   pula dipacu dengan menambahkan hormon tumbuh giberelin sebanyak 500 ppm
   pada saat penyinaran pendek.

   Untuk mendapatkan bunga  yang besar  dan  jumlahnya  sedikit,  bakal  bunga  dari
   setiap  batang  perlu  diperjarang  dengan  hanya  menyisakan  satu  kuncup  bunga.
   Dengan  cara  ini  akan  didapatkan  krisan  pot  dengan  5-7  bunga  yang  mekar
   bersamaan.

6.4.  Pemeliharaan Tanaman

1) Penjarangan dan Penyulaman

   Waktu penyulaman seawal mungkin yaitu 10-15 hari setelah tanam. Penyulaman
   dilakukan dengan cara mengganti bibit yang mati atau layu permanen dengan bibit
   yang baru.

2) Penyiangan

   Waktu penyiangan dan penggemburan tanah umumnya 2 minggu setelah tanam.
   Penyiangan dengan cangkul atau kored dengan hati-hati membersihkan rumput-
   rumput liar.

3) Pengairan dan Penyiraman

   Pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari, pengairan dilakukan
   kontinu  1-2  kali  sehari,  tergantung  cuaca  atau  medium   tumbuh.   Pengairan
   dilakukan  dengan  cara  mengabutkan  air  atau  sistem  irigasi  tetes  hingga  tanah
   basah.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1.  Hama

1) Ulat tanah (Agrotis ipsilon)
   Gejala: memakan dan memotong ujung batang tanaman muda, sehingga pucuk
   dan tangkai terkulai. Pengendalian: mencari dan mengumpulkan ulat pada senja
   hari dan semprot dengan insektisida.

2) Thrips (Thrips tabacci)
   Gejala:   pucuk   dan   tunas-tunas   samping   berwarna   keperak-perakan   atau
   kekuning-kuningan  seperti  perunggu,  terutama  pada  permukaan  bawah  daun.
   Pengendalian: mengatur waktu tanam yang baik, memasang perangkap berupa
   lembar kertas kuning yang mengandung perekat, misalnya IATP buatan Taiwan.

3) Tungau merah (Tetranycus sp)
   Gejala:   daun   yang   terserang   berwarna   kuning   kecoklat-coklatan,   terpelintir,
   menebal,  dan  bercak-bercak  kuning  sampai  coklat.  Pengendalian:  memotong
   bagian tanaman yang terserang berat dan dibakar dan penyemprotan pestisida.

4) Penggerek daun (Liriomyza sp)
   Gejala: daun menggulung seperti terowongan kecil, berwarna putih keabu-abuan
   yang   mengelilingi   permukaan   daun.   Pengendalian:   memotong   daun   yang
   terserang, penggiliran tanaman, dengan aplikasi insektisida.

7.2.  Penyakit

1) Karat/Rust
   Penyebab:   jamur   Puccinia   sp.   karat   hitam   disebakan   oleh   cendawan   P
   chrysantemi,   karat  putih  disebabkan  oleh  P  horiana  P.Henn.  Gejala:  pada  sisi
   bawah   daun   terdapat   bintil-bintil   coklat/hitam   dan      terjadi   lekukan-lekukan
   mendalam   yang   berwarna   pucat   pada   permukaan   daun   bagian   atas.   Bila
   serangan hebat meyebabkan terhambatnya pertumbuhan bunga. Pengendalian:
   menanam  bibit  yang  tahan  hama  dan  penyakit,  perompesan  daun  yang  sakit,
   memperlebar jarak tanam dan penyemprotan  insektisida.

2) Tepung oidium
   Penyebab: jamur Oidium chrysatheemi. Gejala: permukaan daun tertutup dengan
   lapisan   tepung   putih.   Pada   serangan   hebat   daun   pucat   dan   mengering.
   Pengendalian:    memotong/memangkas    daun    tanaman    yang    sakit    dan
   penyemprotan fungisida.

3) Virus kerdil dan mozaik
   Penyebab:  virus  kerdil  krisan,  Chrysanhenumum stunt  Virus  dan  Virus  Mozaoik
   Lunak Krisan (Chrysanthemum Mild Mosaic Virus).  Gejala: tanaman tumbuhnya
   kerdil,  tidak membentuk  tunas  samping,  berbunga  lebih  awal  daripada  tanaman
   sehat,  warna  bunganya  menjadi  pucat.  Penyakit  kerdil  ditularkan  oleh  alat-alat
   pertanian yang tercemar penyakit dan pekerja kebun. Virus mosaik menyebabkan
   daun  belang  hijau  dan  kuning,  kadang-kadang  bergaris-garis.  Pengendalian:
   menggunakan  bibit  bebas  virus,  mencabut  tanaman  yang  sakit,  menggunakan
   alat-alat pertanian yang bersih dan penyemprotan insektisida untuk pengendalian
   vektor virus.

8. PANEN

8.1.  Ciri dan Umur Panen

Penentuan stadium panen adalah ketika bunga telah setengah mekar atau 3-4 hari
sebelum  mekar  penuh.  Tipe  spray  75-80%  dari  seluruh  tanaman.  Umur  tanaman
siap panen yaitu setelah 3-4 bulan setelah tanam.

8.2.  Cara Panen

Panen sebaiknya dilakukan pagi hari, saat suhu udara tidak terlalu tinggi dan saat
bunga krisan berturgor optimum. Pemanenan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
dipotong tangkainya  dan dicabut  seluruh  tanaman. Tata  cara  panen  bunga  krisan:
tentukan   tanaman   siap   panen,   potong   tangkai   bunga   dengan   gunting   steril
sepanjang  60-80  cm  dengan  menyisakan  tunggul  batang  setinggi  20-30  cm  dari
permukaan tanah.

8.3.  Prakiraan Produksi

Perkiraan  hasil  bunga  krisan  pada  jarak  10  x  10  cm  seluas  1  ha  yaitu  800.000
tanaman.
  

   DAFTAR PUSTAKA


1) H Rahmat Rukmana , Ir.1997. Krisan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
2) Trubus no. 338. 1998. Kebun bunga Potong Ciputri.
3) Dewi Sartika. 1998. Krisan Baru Produk Indonesia. Trubus no. 342.
4) Lukito AM. 1998. Rekayasa Pembungaan Krisan dan Bunga Lain. Trubus no. 348.
Jakarta, Februari 2000

Sumber

Editor
:   Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS
:   Kemal Prihatman

Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
                Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
                 Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id





ARTIKEL LAIN YANG MUNGKIN ANDA CARI