Budidaya mlati -->

Translate

Budidaya mlati



    MELATI
( Jasmine officinalle )

Melati  merupakan  tanaman  bunga  hias  berupa  perdu  berbatang  tegak  yang  hidup
menahun.  Di  Italia  melati  casablanca  (Jasmine  officinalle),  yang  disebut  Spansish
Jasmine  ditanam  tahun  1692  untuk  di  jadikan  parfum.  Tahun  1665  di  Inggris
dibudidayakan melati putih (J. sambac) yang diperkenalkan oleh  Duke Casimo  de'
Meici. Dalam tahun 1919 ditemukan melati J. parkeri di kawasan India Barat Laut,
Kemudian dibudidayakan di Inggris pada tahun 1923.

Di  Indonesia  nama  melati  dikenal  oleh  masyarakat  di  seluruh  wilayah  Nusantara.
Nama-nama daerah untuk melati adalah Menuh (Bali), Meulu cut atau Meulu  Cina
(Aceh), Menyuru (Banda), Melur (Gayo dan Batak Karo), Manduru (Menado), Mundu
(Bima dan Sumbawa) dan Manyora (Timor), serta Malete (Madura).

Diantara 200 jenis melati yang telah diidentifikasi oleh para ahli botani baru sekitar 9
jenis  melati  yang  umum  dibudidayakan  dan  terdapat  8  jenis  melati  yang  potensial
untuk dijadikan tanaman hias. Sebagian besar jenis melati tumbuh liar di hutan-hutan
karena belum terungkap potensi ekonomis dan sosialnya. Tanaman melati termasuk
suku melati-melatian atau famili Oleaceae.

Kedudukan tanaman melati dalam sistematika/taksonomi  tumbuhan adalah sebagai
berikut:   

a) Jasmine sambac Air (melati putih, puspa bangsa)
b) Jasmine multiflora Andr (melati hutan:melati gambir, poncosudo, Star Jasmine, J,.
   pubescens willd).
c) Jasmine  officinale  (melati  casablanca,  Spanish  Jasmine)  sinonim  dengan  J.
   floribundum=Jasmine grandiflorum).
perdu setinggi 1, 5 meter.
d) Jasmine rex (melati Raja, King Jasmine).
e) Jasmine parkeri Dunn (melati pot).
f)  Jasmine mensyi (Jasmine primulinum, melati pimrose).
g) Jasmine revolutum Sims (melati Italia)
h) Jasmine simplicifolium ( melati Australia, J. volibile, m. bintang)
i)  Melati hibrida. Bunga pink dan harum.

Adapun jenis dan varietes Melati yang ada di Pulau Jawa antara lain:
a) Jasmine.  Sambac  (melati  Putih),  antara  lain  varietas:  Maid  of  Orleans,  Grand
   Duke of Tuscany, Menur dan Rose Pikeke
b) Jasmine. multiflorum (Star Jasmine)
c) Jasmine officinale (melati Gambir)

Bunga  melati  bermanfaat  sebagai  bunga  tabur,  bahan  industri  minyak  wangi,
kosmetika,  parfum,  farmasi,  penghias  rangkaian  bunga  dan  bahan  campuran  atau
pengharum teh.

Di  Indonesia  Pusat  penyebaran  tanaman  melati  terkonsentrasi  di  Jawa  Tengah,
terutama di Kabupaten Pemalang, Purbalingga dan Tegal.

5.1.  Iklim

1) Curah hujan 112-119 mm/bulan dengan 6-9 hari hujan/bulan, serta mempunyai
   iklim dengan 2-3 bulan kering dan 5-6 bulan basah.
2) Suhu udara siang hari 28-36 derajat C dan suhu udara malam hari 24-30 derajat
   C,
3) Kelembaban udara (RH) yang cocok untuk budidaya tanaman ini 50-80 %.
4) Selain  itu  pengembangan  budi  daya  melati  paling  cocok  di  daerah  yang  cukup
   mendapat sinar matahari.

5.2.  Media Tanam

1) Tanaman melati umumnya tumbuh subur pada jenis tanah Podsolik Merah Kuning
   (PMK), latosol dan andosol.
2) Tanaman melati membutuhkan tanah yang bertekstur pasir sampai liat, aerasi dan
   drainase baik, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan memiliki.
3) Derajat keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman ini adalah pH=5-7.

5.3.  Ketinggian Tempat

Tanaman  melati  dapat  tumbuh  dan  berproduksi  dengan  baik  di  dataran  rendah
sampai dataran tinggi pada ketinggian 10-1.600 m dpl. Meskipun demikian, tiap jenis
melati  mempunyai  daya  adaptasi  tersendiri  terhadap  lingkungan  tumbuh.    Melati
putih  (J,sambac)  ideal  ditanam  di  dataran  rendah  hingga  ketinggian  600  m  dpl,
sedangkan  melati  Star  Jasmine  (J.multiflorum)  dapat  beradaptasi  dengan  baik
hingga  ketinggian  1.600  m  dpl.  Di  sentrum  produksi  melati,  seperti  di  Kabupaten
Tegal,  Purbalingga  dan  Pemalang  (Jawa  Tengah),  melati  tumbuh  dengan  baik  di
dataran rendah sampai dataran menengah (0-700 m dpl).

6.1.  Pembibitan

1) Teknik Penyemaian Benih

   Tancapkan tiap stek pada medium semai 10-15 cm/sepertiga dari panjang stek.
   Tutup permukaan wadah persemaian dengan lembar plastik bening (transparan)
   agar udara tetap lembab.

2) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

   a) Penyiapan tempat semai: 
     -   Siapkan tempat/wadah semai berupa pot berukuran besar/polybag, medium
        semai (campuran tanah, pasir steril/bersih).
     -   Periksa dasar wadah semai dan berilah lubang kecil untuk pembuangan air
        yang berlebihan.
     -   Isikan  medium  semai  ke  dalam  wadah  hingga  cukup  penuh/setebal  20-30
        cm. Siram medium semai dengan air bersih hingga basah.

  b) Pemeliharaan bibit stek:
     -   Lakukan penyiraman secara kontinu 1-2 kali sehari.
     -   Usahakan bibit stek mendapat sinar matahari pagi.
     -   Pindahkan tanaman bibit  stek  yang sudah berakar  cukup kuat  (umur  1-23
        bulan) ke dalam polybag berisi medium tumbuh campuran tanah, pasir dan
        pupuk organik (1:1:1).
     -   Pelihara    bibit    melati    secara    intensif    (penyiraman,    pemupukan    dan
        penyemprotan pestisida dosis rendah)  hingga bibit berumur 3 bulan.

6.2.   Pengolahan Media Tanam

1) Pembukaan Lahan

   a) Bersihkan lokasi untuk kebun melati dari rumput liar (gulma), pepohonan yang
     tidak berguna/batu-batuan agar mudah pengelolaan tanah.
   b) Olah tanah dengan cara di cangkul/dibajak sedalam 30-40 cm hingga gembur,
     kemudian biarkan kering angin selama 15 hari

2) Pembentukan Bedengan

   Membentuk bedengan selebar 100-120 cm, tinggi 30-40 cm, jarak antara bedeng
   40-60 cm dan panjang disesuaikan dengan kondisi lahan.

3) Pengapuran

   Tanah  yang  pH-nya  masam  dapat  diperbaiki  melalui  pengapuran,  misalnya
   dengan  kapur  kalsit  (CaCO 3)  dolomit  {CaMg  (CO 3  2) } ,  kapur  bakar  (Quick  lime,
   CaO)/kapur  hidrat  (Slakked  lime,{Ca(OH)  2}.  Fungsi/kegunaan  pengapuran  tanah
   masam adalah untuk menaikan pH tanah, serta untuk menambah unsur-unsur  Ca
   dan Mg.

4) Pemupukan

   Tebarkan pupuk kandang di atas permukaan tanah, kemudian campurkan secara
   merata dengan lapisan tanah atas. Pupuk kandang dimasukkan pada tiap lubang
   tanam sebanyak 1-3 kg. Dosis pupuk kandang berkisar antara 10-30 ton/hektar.
   Lubang tanam dibuat ukuran 40 x 40 x 40 cm dengan jarak antar lubang 100-150
   cm.   Penyiapan   lahan   sebaiknya   dilakukan   pada   musim   kemarau/1-2   bulan
   sebelum musim hujan.

6.3.  Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola Tanam

   Sebulan  sebelum  tanam,  bibit  melati  diadaptasikan  dulu  disekitar  kebun.  Lahan
   kebun yang siap ditanami diberi pupuk dasar terdiri atas 3 gram TSP ditambah 2
   gram  KCI  per  tanaman.  Bila  tiap  hektar  lahan  terdapat  sekitar  60.000  lubang
   tanam  (jarak tanam  1,0 m  x 1,5 m),  kebutuhan pupuk  dasar  terdiri  atas 180 kg
   TSP  dan  120  kg  KCI.  Bersama  pemberian  pupuk  dasar  dapat  ditambahkan
   "pembenah  dan  pemantap  tanah  "  misalnya  Agrovit,  stratos/asam  humus  Gro-
   Mate .

2) Pembuatan Lubang Tanam

   Bibit melati dalam polybag disiram medium tumbuh dan akar-akarnya. Tiap lubang
   tanam  ditanami  satu  bibit  melati.  Tanah   dekat   pangkal  batang  bibit  melati
   dipadatkan pelan-pelan agar akar-akarnya kontak langsung dengan air tanah.

3) Cara Penanaman

   Jarak tanam dapat bervariasi, tergantung pada bentuk kultur budidaya, kesuburan
   tanah  dan  jenis  melati  yang  ditanam,  bentuk  kultur  perkebunan  jarak  tanam
   umumnya adalah 1 x 1,5 m, sedang variasi lainnya adalah 40 x 40 cm,   40 x 25
   cm dan 100 x 40 cm.

6.4.  Pemeliharaan Tanaman

1) Penjarangan dan Penyulaman.

   Cara   penyulaman   adalah   dengan   mengganti   tanaman   yang   mati/tumbuhan
   abnormal  dengan  bibit  yang  baru.  Teknik  penyulaman  prinsipnya  sama  dengan
   tata  laksana  penanaman,  hanya  saja  dilakukan  pada  lokasi/blok/lubang  tanam
   yang bibitnya  perlu  diganti.  Periode  penyulaman  sebaiknya  tidak  lebih  dari  satu
   bulan   setelah   tanam.   Penyulaman   seawal   mungkin   bertujuan   agar   tidak
   menyulitkan  pemeliharaan  tanam  berikutnya  dan  pertumbuhan  tanam  menjadi
   seragam. Waktu penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi/sore hari, saat sinar
   matahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas.

2) Penyiangan

   Pada  umur  satu  bulan  setelah  tanam,  kebun  melati  sering  ditumbuhi  rumput-
   rumput  liar  (gulma).  Rumput  liar  ini  menjadi  pesaing  tanaman  melati  dalam
   pemenuhan kebutuhan sinar matahari, air dan unsur hara.

3) Pemupukan

  Pemupukan  tanaman  melati  dilakukan  tiap  tiga  bulan  sekali.  Jenis  dan  dosis
  pupuk  yang  digunakan  terdiri  atas  Urea  300-700  kg,  STP  300-500  kg  dan  KCI
  100-300 kg/ha/tahun.

  Pemberian  pupuk  dapat  dilakukan  dengan  cara  disebar  merata  dalam  parit  di
  antara  barisan  tanaman/sekeliling  tajuk  tanaman  sedalam  10-15  cm,  kemudian
  ditutup dengan tanah. Pemupukan dapat pula dengan cara memasukan pupuk ke
  dalam lubang tugal di sekeliling tajuk tanaman melati. Waktu pemupukan adalah
  sebelum melakukan pemangkasan, saat berbunga, sesuai panen bunga dan pada
  saat pertumbuhan kurang prima.

  Pemberian pupuk dapat meningkatkan produksi melati, terutama jenis pupuk yang
  kaya unsur fosfor (P), seperti Gandasil B (6-20-30)/Hyponex biru (10-40-15) dan
  waktu penyemprotan pupuk daun dilakukan pada pagi hari (Pukul 09.00) atau sore
  hari (pukul 15.30-16.30) atau ketika matahari tidak terik menyengat.

4) Pengairan dan Penyiraman

  Pada  fase  awal  pertumbuhan,  tanaman  melati  membutuhkan  ketersediaan  air
  yang  memadai.  Pengairan  perlu  secara  kontinyu  tiap  hari  sampai  tanaman
  berumur kurang lebih 1 bulan. Pengairan dilakukan 1-2 kali sehari yakni pada pagi
  dan sore hari. Cara pengairan adalah dengan disiram iar  bersih tiap tanam hingga
  tanah di sekitar perakaran cukup basah.

5) Waktu Penyemprotan Pestisida

  Zat    perangsang/zat    pengatur    Tumbuh    (ZPT)    dapat    digunakan    untuk
  mempertahankan dan meningkatkan produksi bunga, zat perangsang bunga yang
  berpengaruh  baik  terhadap  pembungaan  melati  adalah  Cycocel  (Chloromiguat)
  dan  Etherel.  Tanaman  melati  yang  di  semprot  dengan  Cycocel  berkonsentrasi
  5.000 ppm memberikan hasil bunga yang paling tinggi, yakni 1,45 kg/ tanaman.

  Cara  pemberiannya:  zat  perangsang  bunga  disemprotkan  pada  seluruh  bagian
  tanaman, terutama bagian ujung dan tunas-tunas pembungaan. Konsentrasi yang
  dianjurkan   3.000   ppm-5.000   ppm   untuk   Cycocel   atau   500-1.500   ppm   bila
  digunakan Ethrel.

6) Lain-lain

  Tanaman melati umumnya tumbuh menjalar, kecuali pada beberapa jenis melati,
  seperti varietas Grand Duke of tuscany yang tipe pertumbuhannya tegak. Tinggi
  pemangkasan  amat  tergantung  pada  jenis  melati,  jenis  melati  putih  (J.sambac)
  dapat di pangkas pada ketinggian 75 cm dari permukaan tanah, sedangkan jenis
 melati  Spnish  Jasmine  (J.  officinale  var.  grandiflorum)  setinggi  90  cm  dari
permukaan tanah.

Tanaman  melati  tidak  luput  dari  gangguan  hama  dan  penyakit,  prinsip  pokok  dan
prioritas teknologi pengendalian hama/penyakit .
a. Pengendalian  hayati  dilakukan  secara  maksimal  dengan  memanfaatkan  musuh-
   musuh alami hama (parasitoid, perdator, patogen) dengan cara:
   -   memasukan, memelihara, memperbanyak, melepaskan musuh alami
   -   mengurangi    penggunaan    pestisida    organik    sintetik    yang    berspektrum
     lebar/menggunakan pestisida selektif.
b. Ekosistem pertanian dikelola dengan cara:
   -   penggunaan bibit sehat
   -   sanitasi kebun
   -   pemupukan berimbang
   -   pergiliran tanaman yang baik
   -   penggunaan tanaman perangkap,
c. Pestisida  digunakan  secara  selektif  berdasarkan  hasil  pemantauan  dan  analisis
   ekosistem.

7.1.  Hama

1) Ulat palpita (Palpita unionalis Hubn)
   Hama  ini  termasuk  ordo  Lepidoptera  dan  famili  Pyralidae,  Stadium  hama  yang
   merusak  tanaman  melati  adalah  larva  (ulat).  Pengendalian:  dilakukan  dengan
   cara  memotong  bagian  tanaman  yang  terserang  berat  dan  menyemprotkan
   insektisida  yang  mangkus  dan  sangkil,  misalnya  Decis  2,5  EC,  Perfekthion  400
   E/Curacron 500 EC .

2) Penggerek bunga (Hendecasis duplifascials)
   Hama  ini  termasuk  ordo  Lepidoptera  dan  famili  Pyralidae.  Gejala:  menyerang
   tanaman melati dengan cara menggerek/melubangi bunga sehingga gagal mekar.
   Kuntum  bunga  yang  terserang  menjadi  rusak  dan  kadang-kadang  terjadi  infeksi
   sekunder  oleh  cendawan  hingga  menyebabkan  bunga  busuk.  Pengendalian:
   disemprot dengan insektisida yang mangkus, misalnya Decis 2,5 EC, Cascade 50
   EC/Lannate L .

3) Thips (Thrips sp)
   Thrips  termasuk  ordo  Thysanoptera  dan  famili  Thripidae.  Hama  ini  bersifat
   pemangsa  segala  jenis  tanaman  (polifag).  Gejala:  menyerang  dengan   cara
   mengisap    cairan    permukaan    daun,    terutama    daun-daun    muda    (pucuk).
   Pengendalian: dilakukan dengan cara mengurangi ragam jenis tanaman inang di
   sekitar kebun melati dan menyemprotkan insektisida yang mangkus : Mesurol 50
   WP, Pegasus 500 SC/Dicarzol 25 SP .

4) Sisik peudococcus (Psuedococcus longispinus)
   Hama ini termasuk ordo Pseudococcidae dan famili Homoptera yang hidup secara
   berkelompok  pada  tangkai  tunas  dan  permukaan  daun  bagian  bawah  hingga
   menyerupai sisik berwarna abu-abu atau kekuning-kuningan. Gejala: menyerang
   tanaman  dengan  cara  mengisap  cairan  sel  tanaman  dan  mengeluarkan  cairan
   madu.   Pengendalian:   dilakukan   dengan   menyemprotkan   insektisida   yang
   mangkus, misalnya Bassa 500 EC/Nogos 50 EC.

5) Ulat nausinoe (Nausinoe geometralis)
   Hama ini termasuk ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae. Ciri: ngengat berwarna
   coklat dengan panjang badan rata-rata 12 mm dan panjang rentang sayap kurang
   lebih 24 mm berwarna coklat dan berbintik-bintik transparan. Gejala: menyerang
   daun tanaman melati identik (sama) dengan serangan ulat P. unionalis.

6) Hama Lain.
   Hama  lain  yang sering ditemukan  adalah  kutu  putih  (Dialeurodes citri)  dan  kutu
   tempurung  (scale  insects).  Bergerombol  menempel  pada  cabang,  ranting  dan
   pucuk  tanaman  melati,  menyerang  dengan  cara  mengisap  cairan  sel,  sehingga
   proses      fotosintesis      (metabolisme).      Pengendalian      dilakukan      dengan
   menyemprotkan insektisida yang mangkus, seperti Perfekthion 400 EC/Decis 2,5
   EC.

7.2.  Penyakit

1) Hawar daun
   Penyebab: cendawan (jamur) Rhizcotonia solani Kuhn. Gejala: menyerang daun
   yang letaknya dekat permukaan tanah.

2) Hawar benang (Thread Blight)
   Penyebab:  jamur  Marasmiellus  scandens  (Mass).  Gejala:  menyerang  bagian
   cabang tanaman melati.

3) Hawar bunga (Flower Blight)
   Penyebab: cendawan (jamur) Curvularia sp. Fusarium sp dan Phoma sp,. Gejala:
   bunga busuk, berwarna coklat muda dan kadang-kadang bunga berguguran.

4) Jamur upas
   Penyebab:  jamur  Capnodium  salmonicolor.  Penyakit  ini  menyerang  batang  dan
   cabang tanaman melati yang berkayu. Gejala: terjadi pembusukan yang tertutup
   oleh  lapisan  jamur  berwarna  merah  jambu  pada  bagian  tanaman  terinfeksi
   apnodium  sp.  dan  Meliola  jasmini  Hansf.  et  Stev.  Gejala  serangan  capnodium
   adalah permukaan atas daun tertutup oleh kapang jelaga berwarna hitam merata.
5) Bercak daun
   Penyebab:  jamur  Pestaloita  sp.  Gejala:  bercak-bercak  berwarna  coklat  sampai
   kehitam-hitaman pada daun.

6) Karat daun (Rust)
   Penyebab: ganggang hijau parasit (Cephaleuros virescens Kunze). Gejala: pada
   permukaan daun yang terserang tampak  bercak-bercak kemerah-merahaan  dan
   berbulu. Penyakit ini umumnya menyerang daun-daun yang tua.

7) Antraknosa
   Penyebab:  jamur  Colletotrichum  gloesporoides.  Gejala  :  terbentuk  bintik-bintik
   kecil berwarna kehitam-hitaman. Bintik-bintik tersebut membesar dan memanjang
   berwarna  merah  jambu,  terutama  pada  bagian  daun.  Serangan  berat  dapat
   menyebabkan mati ujung (die back).

8) Penyakit lain
   Busuk  bunga  oleh  bakteri  Erwinia   tumafucuens.   Bintil  akar   oleh   nematoda
   Meloidogyne  incognito,  penyebab  abnormilitas  perakaran  tanaman.  Virus  kerdil
   penyebab  terhambatnya  pertumbuhan  tanaman  melati,  belang-belang  daun  dan
   kadang-kadang seluruh ranting dan pucuk menjadi kaku.

8.1.  Ciri dan Umur Panen

Ciri-ciri  bunga  melati  yang  sudah  saatnya  dipanen  adalah  ukuran  kuntum  bunga
sudah besar (maksimal) dan masih kuncup/setengah mekar. Produksi bunga melati
di Indoensia masih rendah yakni berkisar antara 20-25 kg/hektar/hari.

Tanaman melati mulai berbunga pada umur 7-12 bulan setelah tanam. Panen bunga
melati  dapat  dilakukan  sepanjang  tahun  secara  berkali-kali  sampai  umur  tanaman
antara  5-10  tahun.  Setiap  tahun  berbunga  tanaman  melati  umumnya  berlangsung
selama 12 minggu (3 bulan).

8.2.  Cara Panen

Pemetikan  bunga  melati  sebaiknya  dilakukan  pada  pagi  sore,  yakni  saat  sinar
matahari tidak terlalu terik/suhu udara tidak terlalu panas.

8.3.  Periode Panen

Hasil  panen  bunga  melati  terbanyak  berkisar  antara  1-2  minggu.  Selanjutnya,
produksi bunga akan menurun dan 2 bulan kemudian meningkat lagi

8.4.  Prakiraan Produksi

Produksi bunga melati  paling tinggi  biasanya  pada  musim  hujan, di  Jawa  Tengah,
panen bunga melati pada musim kemarau menghasilkan 5-10 kg/hektar, sedangkan
panen pada musim hujan mencapai 300-1.000kg/ha. Data produksi bunga melati di
Indonesia  berkisar  1,5-2  ton/ha/th  pada  musim  hujan  dan  0,7-1  ton/ha/th  pada
musim kemarau.


Salah satu produk pengolahan pascapanen bunga melati adalah Jasmine Oil.
a) Minyak melati istimewa, yakni minyak yang diekstraksi dari bunga melati dengan
   pelarut ether minyak bumi, sebagai bahan baku minyak wangi mutu tinggi.
b) Minyak  melati  biasa,  yakni  minyak  yang  diekstraksi  dari  bunga  melati  dengan
   pelarut benzole, sebagai bahan baku minyak wangi mutu  sedang.
c) Minyak pomade istimewa, yakni minyak yang diperoleh dengan teknik enfleurage
   bunga melati, sebagai bahan baku minyak rambut.
d) Minyak  pomade  biasa,  yakni  minyak  yang  diekstraksi  dari  bunga  melati  bekas
   enfleurage, sebagai pewangi teknis.

Teknik enfleurage disebut teknik olesan. Prinsip kerja ekstraksi bunga melati dengan
teknik olesan adalah sebagai berikut:
a) Oleskan lemak muri pada permukaan kaca tipis.
b) Letakan bunga melati yang masih segar (baru petik) diatas permukaan kaca .
c) Simpan kaca tipis bersama bunga melati dalam rak-rak penyimpanan yang terbuat
   dari plastik, kayu/logam tahan karat.
d) Biarkan bunga melati selama 3-4 hari sampai bunga tersebut layu.
e) Bunga melati yang telah layu segera dibuang untuk diganti dengan bunga-bunga
   baru/masih segar.
f)  Lakukan cara tadi secara berulang-ulang selama 2-3 bulan hingga lemak dipenuhi
   minyak wangi bunga melati.

Teknik ekstraksi minyak melati dapat dilakukan dengan teknik tabung hampa.
a) Masukan bunga  melati  segar  ke  dalam  tabung,  kemudian  alirkan  bahan  pelarut
   (alkohol,  ether,  chlorofrom,  ecetone,  lemak  murni,  ether  minyak  bumi)  secara
   berkesinambungan.
b) Salurkan cairan ekstrak yang mengandung bahan pelarut dan unsur-unsur bunga
   melati ke tabung hampa udara yang dipanaskan sekedarnya untuk menguapkan
   bahan pelarut. Uap pelarut diallirkan kembali ke kondensor agar menjadi cairan.
c) Tambahkan ethanol ke dalam unsur bunga melati. Unsur bunga melati biasanya
   berupa  lilin  padat  (concrete)  yang  masih  mengandung  zat  pewarna,  damar  dan
   unsur lain yang tidak menguap.
d) Campurkan   minyak   tadi   dengan   alkohol   kemudian   saring   kembali   untuk
   menghilangkan kandungan damar.
e) Lakukan  penyulingan  absolut  dengan  menggunakan  sthlene  glycol  penyinaran
   dengan sinar ultra violet untuk menghilangkan zat pewarna.


1) Rukmana H. Rahmat (1997). Usaha Tani Melati, Yogyakarta, Kanisus
Jakarta, Februari 2000
Editor
:   Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS
:   Kemal Prihatman

Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id





ARTIKEL LAIN YANG MUNGKIN ANDA CARI