BUDIDAYA CACING TANAH -->

Translate

BUDIDAYA CACING TANAH

             


( Lumbricus sp.)


SEJARAH SINGKAT


Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai tulang
belakang  (invertebrata).  Cacing  tanah  termasuk  kelas  Oligochaeta.  Famili
terpenting dari kelas ini Megascilicidae dan Lumbricidae

Cacing tanah bukanlah hewan yang asing bagi masyarakat kita, terutama bagi
masyarakat  pedesaan.  Namun  hewan  ini  mempunyai  potensi  yang  sangat
menakjubkan bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia.

SENTRA PERIKANAN


Sentra peternakan cacing terbesar terdapat di Jawa Barat khususnya Bandung-
Sumedang dan sekitarnya.

JENIS


Jenis-jenis yang paling banyak dikembangkan oleh manusia berasal dari famili
Megascolicidae   dan   Lumbricidae   dengan   genus Pheretima, Perionyx, Diplocardi dan Lidrillus. Lumbricus,   Eiseinia, Beberapa   jenis   cacing   tanah   yang   kini   banyak   diternakan   antara   lain: Pheretima,  Periony  dan  Lumbricus.  Ketiga  jenis  cacing  tanah  ini  menyukai bahan organik yang berasal dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan.

Cacing tanah jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh pipih. Jumlah segmen
yang  dimiliki  sekitar  90-195  dan  klitelum  yang  terletak  pada  segmen  27-32.
Biasanya  jenis  ini  kalah  bersaing  dengan  jenis  yang  lain  sehingga  tubuhnya
lebih kecil. Tetapi bila diternakkan besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihi
jenis lain.

Cacing   tanah   jenis   Pheretima   segmennya   mencapai   95-150   segmen.
Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan
silindris   berwarna   merah   keunguan.   Cacing   tanah   yang   termasuk   jenis
Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung.

Cacing tanah jenis Perionyx berbentuk gilik berwarna ungu tua sampai merah
kecokelatan  dengan  jumlah  segmen  75-165  dan  klitelumnya  terletak  pada
segmen   13   dan   17.   Cacing   ini   biasanya   agak   manja   sehingga   dalam
pemeliharaannya diperlukan perhatian yang lebih serius.

Cacing  jenis  Lumbricus  Rubellus  memiliki  keunggulan  lebih  dibanding  kedua
jenis  yang  lain  di  atas,  karena  produktivitasnya  tinggi  (penambahan  berat
badan, produksi telur/anakan dan produksi bekas cacing "kascing") serta tidak
banyak bergerak
  

MANFAAT


Dalam  bidang  pertanian,  cacing  menghancurkan  bahan   organik   sehingga
memperbaiki  aerasi  dan  struktur  tanah.  Akibatnya  lahan  menjadi  subur  dan
penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik. Keberadaan cacing tanah akan
meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman. Selain itu juga
cacing tanah dapat digunakan sebagai:

1) Bahan Pakan Ternak

   Berkat kandungan protein, lemak dan mineralnya yang tinggi, cacing tanah
   dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti unggas, ikan, udang dan
   kodok.

2) Bahan Baku Obat dan bahan ramuan untuk penyembuhan penyakit.

   Secara   tradisional   cacing   tanah   dipercaya   dapat   meredakan   demam,
   menurunkan tekanan darah, menyembuhkan bronchitis, reumatik sendi, sakit
   gigi dan tipus.

3) Bahan Baku Kosmetik

   Cacing  dapat  diolah  untuk  digunakan  sebagai  pelembab  kulit  dan  bahan
   baku pembuatan lipstik.

4) Makanan Manusia

Cacing   merupakan   sumber   protein   yang   berpotensi   untuk   dimasukkan
sebagai bahan makanan manusia seperti halnya daging sapi atau Ayam.

5.    PERSYARATAN LOKASI


     1) Tanah sebagai media hidup cacing harus mengandung bahan organik dalam
        jumlah yang besar.
     2) Bahan-bahan organik tanah dapat berasal dari serasah (daun yang gugur),
        kotoran ternak atau tanaman dan hewan yang mati. Cacing tanah menyukai
        bahan-bahan  yang  mudah  membusuk  karena  lebih  mudah  dicerna  oleh
        tubuhnya.
     3) Untuk pertumbuhan yang baik, cacing tanah memerlukan tanah yang sedikit
        asam sampai netral atau ph sekitar 6-7,2. Dengan kondisi ini, bakteri dalam
        tubuh cacing tanah dapat  bekerja optimal  untuk mengadakan pembusukan
        atau fermentasi.
     4) Kelembaban   yang   optimal   untuk   pertumbuhan   dan   perkembangbiakan
        cacing tanah adalah antara 15-30 %.
     5) Suhu  yang  diperlukan  untuk  pertumbuhan  cacing  tanah  dan  penetasan
        kokon  adalah  sekitar  15-25 derajat  C  atau  suam-suam  kuku.  Suhu  yang
        lebih tinggi dari 25 derajat C masih baik asal ada naungan yang cukup dan
        kelembaban optimal.
     6) Lokasi pemeliharaan cacing tanah diusahakan agar mudah penanganan dan
        pengawasannya   serta   tidak   terkena   sinar   matahari   secara   langsung,
        misalnya  di  bawah  pohon  rindang,  di  tepi  rumah  atau  di  ruangan  khusus
        (permanen) yang atapnya terbuat dari bahan-bahan yang tidak meneruskan
        sinar dan tidak menyimpan panas.

6.    PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA


6.1.  Penyiapan Sarana dan Peralatan


     Pembuatan  kandang  sebaiknya  menggunakan  bahan-bahan  yang  murah  dan
     mudah didapat seperti   bambu, rumbia, papan bekas, ijuk dan genteng tanah
     liat.

     Salah  satu  contoh  kandang  permanen  untuk  peternakan  skala  besar  adalah
     yang berukuran 1,5 x 18 m dengan tinggi 0,45 m. Didalamnya dibuat  rak-rak
     bertingkat  sebagai  tempat  wadah-wadah  pemeliharaan.  Bangunan  kandang
     dapat pula tanpa dinding (bangunan terbuka).

     Model-model  sistem  budidaya,   antara  lain   rak   berbaki,   kotak   bertumpuk,
     pancing bertingkat atau pancing berjajar..



6.2.  Pembibitan


     Persiapan yang diperlukan dalam pembudidayaan cacing tanah adalah meramu
     media tumbuh, menyediakan bibit unggul, mempersiapkan kandang cacing dan
     kandang pelindung.

     1) Pemilihan Bibit Calon Induk


        Sebaiknya  dalam  beternak  cacing  tanah  secara  komersial  digunakan  bibit
        yang  sudah  ada  karena  diperlukan  dalam  jumlah  yang  besar.  Namun  bila
        akan dimulai dari skala kecil dapat pula dipakai bibit cacing tanah dari alam,
        yaitu dari tumpukan sampah yang membusuk atau dari tempat pembuangan
        kotoran hewan.

     2) Pemeliharaan Bibit Calon Induk


        Pemeliharaan dapat dibagi menjadi beberapa cara:
        a. pemeliharaan  cacing  tanah  sebanyak-banyaknya  sesuai  tempat  yang
          digunakan.  Cacing  tanah  dapat  dipilih  yang  muda  atau  dewasa.  Jika
          sarang  berukuran  tinggi  sekitar  0,3  m,  panjang  2,5  m  dan  lebar  kurang
          lebih 1 m, dapat ditampung sekitar 10.000 ekor cacing tanah dewasa.
        b. pemeliharaan   dimulai   dengan   jumlah   kecil.   Jika   jumlahnya   telah
          bertambah, sebagian cacing tanah dipindahkan ke bak lain.
        c. pemeliharaan kombinasi cara a dan b.
        d. pemeliharaan  khusus  kokon  sampai  anak,  setelah  dewasa  di  pindah  ke
          bak lain.
        e. Pemeliharaan khusus cacing dewasa sebagai bibit.

     3) Sistem Pemuliabiakan


        Apabila  media  pemeliharaan  telah  siap  dan  bibit  cacing  tanah  sudah  ada,
        maka  penanaman  dapat  segera  dilaksanakan  dalam  wadah  pemeliharaan.
        Bibit cacing tanah yang ada tidaklah sekaligus dimasukan ke dalam media,
        tetapi   harus   dicoba   sedikit   demi   sedikit.   Beberapa   bibit   cacing   tanah
        diletakan di atas media, kemudian diamati apakah bibit cacing itu masuk ke
        dalam  media  atau  tidak.  Jika  terlihat  masuk,  baru  bibit  cacing  yang  lain
        dimasukkan. Setiap 3 jam sekali diamati, mungkin  ada  yang berkeliaran  di
        atas  media  atau  ada  yang  meninggalkan  media  (wadah).  Apabila  dalam
        waktu 12 jam tidak ada yang meninggalkan wadah berarti cacing tanah itu
        betah  dan  media  sudah  cocok.  Sebaliknya  bila  media  tidak  cocok,  cacing
        akan  berkeliaran  di  permukaan  media.  Untuk  mengatasinya,  media  harus
        segera  diganti  dengan  yang  baru.  Perbaikan  dapat  dilakukan  dengan  cara
        disiram   dengan   air,   kemudian   diperas   hingga   air   perasannya   terlihat
        berwarna bening (tidak berwarna hitam atau cokelat tua).

     4) Reproduksi, Perkawinan


        Cacing  tanah  termasuk  hewan  hermaprodit,  yaitu  memiliki  alat  kelamin
        jantan  dan  betina  dalam  satu  tubuh.  Namun  demikian,  untuk  pembuahan,
        tidak  dapat  dilakukannya  sendiri.  Dari  perkawinan  sepasang  cacing  tanah,
        masing-masing akan dihasilkan satu kokon yang berisi telur-telur.

        Kokon berbentuk lonjong dan berukuran sekitar 1/3 besar kepala korek api.
        Kokon ini diletakkan di tempat yang lembab. Dalam waktu 14-21 hari kokon
        akan menetas. Setiap kokon akan menghasilkan 2-20 ekor, rata-rata 4 ekor.
        Diperkirakan  100  ekor  cacing  dapat  menghasilkan  100.000  cacing  dalam
        waktu 1 tahun. Cacing tanah mulai dewasa setelah berumur 2-3 bulan yang
        ditandai dengan adanya gelang (klitelum) pada tubuh bagian depan. Selama
        7-10 hari setelah perkawinan cacing dewasa akan dihasilkan 1 kokon.

6.3.  Pemeliharaan


    1) Pemberian Pakan


        Cacing  tanah  diberi  pakan  sekali  dalam  sehari  semalam  sebanyak  berat
        cacing tanah yang ditanam. Apabila yang ditanam 1 Kg, maka pakan yang
        harus diberikan juga harus 1 Kg. Secara umum pakan cacing tanah adalah
        berupa semua kotoran hewan, kecuali kotoran yang hanya   dipakai sebagai
        media.

        Hal  yang  perlu  diperhatikan  dalam  pemberian  pakan  pada  cacing  tanah,
        antara lain :
        -   pakan  yang  diberikan  harus  dijadikan  bubuk  atau  bubur  dengan  cara
           diblender.
        -   bubur pakan ditaburkan rata di atas media, tetapi tidak menutupi seluruh
           permukaan media, sekitar 2-3 dari peti wadah tidak ditaburi pakan.
        -   pakan ditutup dengan plastik, karung , atau bahan lain yang tidak tembus
           cahaya.
        -   pemberian  pakan  berikutnya,  apabila  masih  tersisa  pakan  terdahulu,
           harus diaduk dan jumlah pakan yang diberikan dikurangi.
        -   bubur   pakan   yang   akan   diberikan   pada   cacing   tanah   mempunyai
           perbandingan air 1:1.

     3) Penggantian Media


        Media  yang  sudah  menjadi  tanah/kascing  atau  yang  telah  banyak  telur
        (kokon) harus diganti. Supaya cacing cepat berkembang,  maka telur, anak
        dan   induk   dipisahkan   dan   ditumbuhkan   pada   media   baru.   Rata   rata
        penggantian media dilakukan dalam jangka waktu 2 Minggu.

     4) Proses Kelahiran


Bahan untuk media pembuatan sarang adalah: kotoran hewan,  dedaunan/Buah-buahan, batang pisang, limbah rumah tangga, limbah pasar, kertas koran/kardus/kayu lapuk/bubur kayu.

Bahan yang tersedia terlebih dahulu dipotong sepanjang 2,5 Cm. Berbagai
bahan,  kecuali  kotoran  ternak,  diaduk  dan  ditambah  air  kemudian  diaduk
kembali.   Bahan   campuran   dan   kotaran   ternak   dijadikan   satu   dengan
persentase  perbandingan  70:30  ditambah  air  secukupnya  supaya  tetap
basah.

HAMA DAN PENYAKIT


Keberhasilan beternak cacing tanah tidak terlepas dari pengendalian terhadap
hama  dan  musuh  cacing  tanah.  Beberapa  hama  dan  musuh  cacing  tanah
antara lain: semut, kumbang, burung, kelabang, lipan, lalat, tikus, katak, tupai,
ayam, itik, ular, angsa, lintah, kutu dan lain-lain.

Musuh  yang  juga  ditakuti  adalah  semut  merah  yang  memakan  pakan  cacing
tanah   yang   mengandung   karbohidrat   dan   lemak.   Padahal   kedua   zat   ini
diperlukan  untuk  penggemukan  cacing  tanah.  Pencegahan  serangan  semut
merah dilakukan dengan cara disekitar wadah pemeliharaan (dirambang) diberi
air cukup.

PANEN


Dalam  beternak  cacing  tanah  ada  dua  hasil  terpenting  (utama)  yang  dapat
diharapkan, yaitu biomas (cacing tanah itu sendiri) dan kascing (bekas cacing).

Panen  cacing  dapat  dilakukan  dengan  berbagai  cara  salah  satunya  adalah
dengan  mengunakan  alat  penerangan  seperti  lampu  petromaks,  lampu  neon
atau bohlam. Cacing tanah sangat sensitif terhadap cahaya sehingga mereka
akan  berkumpul  di  bagian  atas  media.  Kemudian  kita  tinggal  memisahkan
cacing tanah itu dengan medianya.

Ada  cara  panen  yang  lebih  ekonomis  dengan  membalikan  sarang.  Dibalik
sarang yang gelap ini cacing biasanya berkumpul dan cacing mudah terkumpul,
kemudian sarang dibalik kembali dan pisahkan cacing yang tertinggal.

Jika  pada  saat  panen  sudah  terlihat  adanya  kokon  (kumpulan  telur),  maka
sarang dikembalikan pada wadah semula  dan diberi  pakan  hingga  sekitar 30
hari.  Dalam  jangka  waktu  itu,  telur  akan  menetas.  Dan  cacing  tanah  dapat
diambil untuk dipindahkan ke wadah pemeliharaan yang baru dan kascingnya
siap di panen.
 

   DAFTAR PUSTAKA



    1) Asep, Wawancara dengan  Peternak  Cacing Tanah  (  Bandung  :  Jum'  at,  2
        Juli 1999).
     2) Budiarti,   Asiani,   Palungkun,   Roni,   Cacing   Tanah   (Jakarta   :   Penebar
        Swadaya, 1992).
     3) Endang, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah (Bogor : Jum' at, 8 Juli
        1999).
     4) Hamzah, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah (Bogor : Jum' at, 8 Juli
        1999).
     5) Hud,  Wawancara  dengan  Peternak  Cacing  Tanah  (Bogor  :  Jum'  at,  8  Juli
        1999).
     6) Rudi, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah ( Bandung : Jum' at, 2 Juli
        1999).
     7) Sayuti,  Fahri,  Pedoman  Praktis  Budidaya  Cacing  Tanah  (Bandung  :  Pusat
        Latihan Dan     Pengembangan, 1999).
     8) Syaeful, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah (Bogor : Jum' at, 8 Juli
        1999).
     9) Waluyo,Neno,   Wawancara   dengan   Mahasiswa   Peternak   Cacing   Tanah
        (Bogor : Kamis, 24 Juni l999).

  KONTAK HUBUNGAN


     1) Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan - BAPPENAS
        Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

     2) Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan
        dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8,
        Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952,
        Situs Web: http://www.ristek.go.id
Jakarta, Maret 2000

Sumber

Editor
:   Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas
:   Kemal Prihatman





ARTIKEL LAIN YANG MUNGKIN ANDA CARI